Para Tokoh Tanggapi Pernyataan Jokowi soal 'Politikus Sontoloyo', dari Fadli Zon hingga Mardani Ali

Para Tokoh Tanggapi Pernyataan Jokowi soal 'Politikus Sontoloyo', dari Fadli Zon hingga Mardani Ali

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi)yang mengimbau warga berhati-hati dengan 'politisi sontoloyo' menuai sejumlah tanggapan.

Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi saat menghadiri pembagian sertifikat tanah di Kebayoran Baru, pada Selasa (23/10/208).

Dalam pernyataannya, Jokowi mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan jangan mudah terperdaya dengan ucapan para politisi.

Terkait pernyataan itu sejumlah politisi memberikan tanggapannya, di antaranya Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, hingga Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

1. Hinca Panjaitan

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Kamis (25/10/2018), Sekjen Partai Demokrat, Hinca Panjaitan, meminta semua pihak agar tidak anti terhadap kritik.

Kritik, kata Hinca, merupakan hal yang diperlukan dan lumrah dalam berdemokrasi.

"Yang baik lah, kita menggunakan istilah-istilah yang baik di tengah masyarakat, dan kritik-kritik yang disampaikan para politisi itu masih sesuatu yang normal. Ada suatu kebijakan Anda kritisi, itu normal saja," kata Hinca, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10/2018).

"Oleh karena itu, kritik itu harus dianggap sebagai vitamin lah. Tidak perlu misalnya dianggap menjadi terus berseberangan sekali. Jadi saya kira dalam alam demokrasi yang terbuka kritik itu sangat baik," lanjut Hinca.

Di sisi lain, Hinca menilai, gaya komunikasi Presiden Jokowi agak berbeda dengan sebelumnya.

Ia mengatakan, dinamika politik selama 5-6 bulan ke depan akan semakin dinamis dan hal itu akan membuat setiap politisi memperlihatkan karakter aslinya.

Oleh karena itu, dirinya berharap semua pihak menjaga pernyataannya dan tak menyinggung pihak lain.

2. Fadli Zon

Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, memberi tanggapan terkait pernyataan Jokowi.

Dikutip dari Kompas.com, Fadli Zon menilai penggunaan kata 'sontoloyo' itu tidak pantas dilontarkan oleh seorang Kepala Negara.

"Saya kira itu kan istilah yang agak kasar," kata Fadli, Rabu (24/10/2018).

Dirinya juga menyayangkan jika sebutan 'sontoloyo' itu diarahkan bagi para politisi yang mengkritik program dana kelurahan.

Wakil Ketua DPR itu menilai, harusnya kritik terkait progam pemerintah cukup dijawab dengan penjelasan yang komprehensif oleh Presiden.

Menurut Fadli, jika direncanakan dengan matang, seharusnya pemerintah bisa membuat payung hukum terlebih dahulu.

Apalagi, Presiden Jokowi mengakui bahwa usul dana kelurahan ini sudah disampaikan wali kota sejak tiga tahun lalu.

"Yang 'sontoloyo' itu adalah orang yang tidak melaksanakan ini dengan baik. Yang tidak merencanakan dengan matang. Yang tidak memenuhi prosedur sesuai tata aturan yang ada. Itu lah yang 'sontoloyo'," kata Fadli.

3. Mardani Ali Sera

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, juga turut memberikan tanggapannya.

Hal itu diungkapkannya saat ia menjadi narasumber dalam program 'Dua Sisi' di tvOne, Rabu (24/10/2018).

Mardani Ali Sera menilai, pernyataan Jokowi itu merupakan sebuah hak untuk menyampaikan pendapat di ruang publik.

Dirinya juga memahami jika Jokowi sering dikritik belakangan ini terkait sejumlah kebijakannya.

"Kalau menurut saya, dalam ruang publik tiap orang punya hak untuk menyampaikan pendapat. Saya memahami psikologi Pak Jokowi yang mungkin 'agak sering diserang' belakangan ini," tutur Mardani Ali Sera.

Kendati demikian, Mardani Ali Sera mengaku pihaknya tidak pernah tersindir dengan pernyataan 'politisi sontoloyo' itu.

"Tapi intinya kalau menurut saya, itu haknya Pak Jokowi untuk menyampaikan bahwa ada politisi yang baik dan ada yang buruk. Tapi beliau menggunakan kata 'sontoloyo', buat saya lebih bagus karena diskursus politik jadi lebih jelas," imbuh Mardani Ali Sera.





Seperti yang diberitakan, awalnya Jokowi menyinggung mengenai program dana kelurahan yang mendapat banyak kritik dari sejumlah politisi dari kubu oposisi.

Jokowi heran dana kelurahan untuk rakyat justru dianggap dikaitkan dengan kontestasi Pilpres 2019.

"Kita semua ingin memberikan untuk masyarakat dan rakyat, bukan untuk siapa-siapa. Jangan dihubungkan dengan politik. Enggak rampung-rampung kita ini," kata Jokowi seperti diberitakan Kompas.com.

"Itulah kepandaian para politikus, mempengaruhi masyarakat. Hati-hati, saya titip ini, hati-hati. Banyak politikus yang baik-baik, tapi juga banyak politikus yang 'sontoloyo'," tambah Jokowi.

Penjelasan Jokowi

Jokowi menjelaskan maksud soal penyebutan 'politisi sontoloyo'.

"Jadi gini menjelang pemilu, ini banyak cara-cara yang tidak sehat yang digunakan oleh politisi," kata Jokowi, Rabu (24/10/2018) dikutip dari Kompas.com.

"Segala jurus dipakai untuk memperoleh simpati rakyat, tetapi yang enggak baik sering menyerang lawan politik dengan cara-cara yang tidak beradab juga, tidak ada tata kramanya," tambah Jokowi.

Jokowi mengingatkan, saat ini bukan zamannya lagi menggunakan kampanye-kampanye politik adu domba, politik pecah belah, dan politik kebencian.

Menurut dia, kini adalah zamannya politik adu program, adu kontestasi, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, dan adu rekam jejak.

"Kalau masih pakai cara-cara lama seperti itu, masih memakai politik kebencian, politk sara, politik adu domba, politik pecah belah, itu namanya 'politik sontoloyo'," kata Jokowi.

Namun, saat menyebut banyak 'politisi sontoloyo' kemarin, Jokowisama sekali tidak menyinggung soal politisi yang menggunakan politik kebencian.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita