Sri Mulyani Sebut Pelemahan Rupiah Naikkan Pendapatan Negara, Alvin Lie Beri Tanggapan

Sri Mulyani Sebut Pelemahan Rupiah Naikkan Pendapatan Negara, Alvin Lie Beri Tanggapan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Anggota Ombudsman RI Alvin Lie memberikan tanggapan terkait pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal depresiasi nilai tukar rupiah.

Hal itu diungkapkan Alvin Lie melalui akun Twitter-nya, @alvinlie21, yang ditulis pada Senin (10/9/2018).

Awalnya, Alvin Lie mentautkan pemberitaan terkait pernyataan Sri Mulyani yang menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak selalu berdampak negatif terhadap perekonomian.

Kemudian, Alvin Lie mengatakan jika pernyataan Menkeu itu benar, maka perlu dipertanyakan kenapa Bank Indonesia (BI) menggelontorkan biaya besar untuk menjaga nilai tukar rupiah.

Menurutnya, nilai tukar rupiah seharusnya diturunkan hingga Rp 25 ribu agar makin besar keuntungan yang didapat pemerintah.

"Kalau benar demikian, perlub dipertanyakan kenapa @bank_indonesia repot intervensi & gelontorkan biaya besar utk pertahankan nilai Rp?

Sekalian aja nilai Rp diturunkan ke Rp25ribu atau Rp50ribu per USD1 agar makin desar keuntungan yg diraub Pemerintah," cuit Alvin Lie.

Dikutip Kompas.com, pelemahan rupiah tak selalu berdampak buruk bagi Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap secara tak langsung pelemahan rupiah menyumbang penerimaan negara.

Diketahui, nilai tukar rupiah saat ini berada pada kisaran Rp 14.835 per dollar AS, melebihi asumsi makro APBN 2018 yakni Rp 13.500.

Menurut dia, setiap rupiah melemah Rp 100, maka pendapatan negara bertambah Rp 4,7 triliun.

"Dengan postur APBN 2018, Rp 100 dari pelemahan rupiah memengaruhi kenaikan penerimaan kita Rp 4,7 triliun," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI di kompleks DPR/MPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Di sisi lain, belanja negara naik Rp 3,7 triliun. Namun, angkanya tak mengkhawatirkan karena penerimaan negara angkanya lebih besar.

Maka primary balance dalam posisi sangat rendah.

"Kalau APBN sehat, kami bisa lebih menggunakan lebih banyak instrumen itu untuk menjaga ekonomi kita lebih baik lagi," kata Sri Mulyani.

Dengan demikian, total neraca positif Rp 1,6 triliun setiap kali rupiah melemah Rp 100.

Di sisi lain, untuk menjaga rupiah tetap stabil, BI telah mengeluarkan Rp 11,9 triliun baik di pasar valuta asing maupun membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

"Sejak Kamis, Jumat, Senin, Rabu kita intervensi jumlahmya meningkat. Juga di pasar sekunder koordinasi dengan Kemenkeu, pembelian SBN tidak hanya stabilkan pasar SBN tapi juga mendukung stabilitas nilai tukar, agar suhu badan kita turun. Hari Kamis kita beli Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun, Senin Rp 3 triliun, dan kemarin Rp 1,8 triliun," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu (5/9/2018) seperti dikutip dari Kompas.com.

Dia menjelaskan, intervensi ganda merupakan salah satu bentuk langkah jangka pendek untuk stabilkan rupiah.

Sementara itu dikutip dari Tribunnews, awal pekan ini kurs rupiah pada perdagangan Kamis (10/9/2018) pagi melaju ke posisi Rp 14.835 per dolar AS.

Terjadi penguatan dari posisi penutupan perdagangan pada Jumat (7/9/2018) yang berada di level Rp 14.820.

Berdasarkan data Bloomberg, dengan posisi tersebut, depresiasi nilai tukar Rupiah menjadi 9,44 persen sejak awal tahun ini.

Bloomberg mengestimasikan hari ini kurs rupiah bergerak stabil di kisaran Rp 14.835 per dolar AS. [wow]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita