Soal Ijtima Ulama II, Sekjen PSI: Dengan Seenaknya Mereka Mengklaim Ini adalah Ulama

Soal Ijtima Ulama II, Sekjen PSI: Dengan Seenaknya Mereka Mengklaim Ini adalah Ulama

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia atau PSI, Raja Juli Antoni menilai, Ijtima Ulama II sebagai indikasi kembalinya eksploitasi SARA atau Suku, Agama, Ras, Antargolongan dalam pemilu. 

Raja Juli menilai, potensi digunakannya isu-isu SARA seperti saat Pilkada DKI 2017 lalu, bisa kembali terjadi pada pemilu presiden 2019.

Ijtima Ulama II yang memproklamirkan dukungannya ke Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, dianggapnya sebagai cikal bakal isu SARA digunakan lagi.

"Ijtima Ulama II salah satu indikasi yang harus diwaspadai. Dengan seenaknya, mereka bisa mengklaim ini adalah ulama," kata Raja Juli Antoni, saat mengunjungi Redaksi VIVA, Rabu 19 September 2018.

Mantan ketua umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) itu mempertanyakan ulama-ulama yang ikut hadir. Sebab, baginya, banyak ulama yang sudah terbukti dihormati justru tidak diikutsertakan. Baik dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) maupun Muhammadiyah.

"Saya tidak pernah lihat wajah KH Said Aqil Siraj (Ketua Umum PBNU), atau Sekjen PBNU, Helmy Faisal. Enggak ada juga KH Haedar Nashir, ketum Muhammadiyah. Atau, KH Abdul Mukti, sekretaris umum Muhammadiyah," katanya.

Dia juga menyebut beberapa ulama lainnya, seperti Yunahar Ilyas yang merupakan wakil ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah. Serta, ulama kharismatik seperti KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen, yang tidak ada dalam ijtima itu.

"Ini kiai-kiai FPI (Front Pembela Islam) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang memang oreantasi politiknya mendukung Prabowo," lanjut Raja Juli.

Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institut itu mengingatkan tradisi dalam Islam. Bahwa, ciri orang munafik salah satunya saat diberi amanah, maka ia mengkhianati. Dalam konteks politik, Ijtima Ulama pertama sudah menghasilkan putusan agar Prabowo Subianto memilih wakilnya dari ulama, seperti Salim Segaf Al-Jufri hingga Ustaz Abdul Somad.

Tetapi, itu tidak dilakukan oleh Prabowo. Justru yang dipilih, adalah Sandiaga Salahudin Uno, yang saat itu menjadi Wakil Gubernur DKI dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

"Sudah diberi amanah oleh Ijtima Ulama I harus memilih ulama, Prabowo, tapi dikhianati memilih Sandi yang bukan ulama. Tapi kemudian, adakan Ijtima II mendukung Prabowo yang sudah mengkhianati mereka sendiri. Bahkan, dikatakan, Sandi juga ulama. Ini kan serampangan ambil ayat, jual ayat dengan murah untuk kepentingan politik," jelasnya.

Meski begitu, dia yakin dengan sosok Jokowi, apalagi didamping KH Ma'ruf Amin, bisa mengatasi upaya SARA dibawa kembali ke kontestasi politik. Apalagi, Jokowi sudah membuktikan di program-program pemerintahannya dengan Jusuf Kalla. Seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), maupun sertifikat tanah untuk rakyat.

"Itu ril dirasakan oleh rakyat yang mayoritas umat Islam. Jadi, saya sih enggak terlalu khawatir, gimik-gimik di Jakarta akan ditelan kawan-kawan di bawah," katanya. [viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita