SBY, Prabowo, dan Gatot Bersatu

SBY, Prabowo, dan Gatot Bersatu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Partai Demokrat pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bergabung ke kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sementara eks Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Gatot Nurmantyo, meski menegaskan tak bergabung ke kubu Prabowo-Sandiaga, PAN masih menunggu sikap resmi Gatot. Jika SBY, Gatot, Prabowo, dan Amien Rais bersatu, tentu akan menjadi kekuatan dahsyat sehingga bisa memenangi Pilpres 2019.

Pengamat politik dari Universitas Bunda Mulia (UBM) Silvanus Alvin menyatakan jika SBY, Prabowo, Amien Rais, dan Gatot Nurmantyo bersatu maka bisa mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019. Apalagi Gatot Nurmantyo pernah menjadi Panglima TNI era Jokowi sehingga dinilai mengetahui dapur Jokowi.

"Memang betul bila SBY, Prabowo, dan Gatot bersatu solid, maka sulit bagi Jokowi menang di Pilpres 2019," ujar Silvanus kepada Harian Terbit, Kamis (13/8/2018).

Menurutnya, sulit bagi Jokowi untuk  menghadapi tiga purnawirawan jenderal TNI tersebut. Apalagi, Gatot pernah menjadi Panglima TNI era Jokowi. Dampaknya minimal Gatot mengetahui dapur Jokowi sehingga bisa mencari celah untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga. Namun, perlu dicatat bahwa kondisi SBY dan Partai Demorkat yang menjadi penentu kemenangan Prabowo - Sandiaga.

"Alasannya, SBY masih bermain aman, ia masih bermain politik dua kaki," paparnya.

Menang

Sementara itu pengamat politik dari Lembaga Kajian dan Analisa Sosial (LeKAS) Karnali Faisal mengatakan, jika dilihat dari hasil Pilpres 2014 yang menunjukkan kemenangan tipis Jokowi maka kemungkinan Prabowo mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019 memang terbuka lebar. Apalagi jika SBY yang dalam Pilpres 2014 memilih abstain dan di Pilpres 2019 mendukung Prabowo maka akan memberi kekuatan tambahan bagi pasangan Prabowo Sandi. 

"Bagaimanapun rakyat belum lupa 10 tahun era kepemimpinan SBY kondisi ekonomi masih lebih baik," paparnya.

Sementara terkait Demokrat main 2 kaki di Pilpres 2019, Karnali menilai, hal tersebut merupakan fenomena biasa dalam politik Indonesia. Karena partai tidak mungkin bisa mengendalikan sepenuhnya para kader. Permainan dua kaki Partai Demokrat juga tidak terlalu signifikan jika melihat komposisi pemilih di propinsi yang kader Demokrat memilih Jokowi - Ma'ruf. 

"Sepertinya tidak terlalu berpengaruh terhadap dukungan partai tersebut kepada Prabowo Sandi," jelasnya.

Sedangkan terkait Gatot, sambung Karnali, merupakan sosok yang dikenal  bersih, memiliki kedekatan dengan umat Islam. Sebagai mantan Panglima TNI, Gatot tentu masih memiliki pengaruh di kalangan keluarga besar TNI untuk menggiring suara memilih Prabowo - Sandiaga.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait Pilpres 2019. Survei membahas peluang Joko Widodo (Jokowi) dikalahkan dalam pilpres. Hasilnya, 50:50 kemungkinan Jokowi bisa dikalahkan. Survei dilakukan pada 28 April-5 Mei 2018 terhadap 1.200 responden dengan wawancara tatap muka. Metode yang dilakukan adalah multistage random sampling dilengkapi FGD dan analisis media serta indepth interview. Margin of error dari survei ini +- 2,9%.

Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby memaparkan peluang Jokowi dikalahkan dalam pilpres adalah 50:50. Dengan syarat utama, kekuatan oposisi Jokowi bersatu.  "Probability-nya 50:50. Dengan syarat kekuatan oposisi yang bersatu, seperti bersatunya Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad di Pemilu Malaysia. Untuk itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Prabowo Subianto, Amien Rais, dan Gatot Nurmantyo perlu bersatu jika ingin kalahkan Jokowi. Kalau tidak, kisah sukses Mahathir di Malaysia sulit tercapai," tutur Adjie di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (14/5/2018).  [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita