"Sabarlah Pak Erick"

"Sabarlah Pak Erick"

Gelora News
facebook twitter whatsapp


Oleh: Agi Betha*

Melihat penampilan dan gestur Erick Thohir saat dirinya diumumkan sebagai ketua timses Mukidi, seperti ada yg mengganjal. Terlihat dipaksakan. Beberapa kali ekspresi Erick terlihat tegang dan tidak gembira, meski tim hore yg duduk berderet di belakangnya berkali2 tepuk tangan dan tertawa.

Erick tampak canggung duduk diantara para politisi. Lingkungan yg baru. Mata kamera tidak dapat berbohong. Ekspresi Erick kali ini sungguh berbeda dari biasanya. Sebelumnya ia selalu terlihat antusias dan lepas, jika melakukan jumpa wartawan untuk proyek Asian Games.

Wajarnya pula, seorang Ketua Timses yg baru saja terpilih akan sumringah mengatakan: “Saudara2..! Saya bersama tim sukses akan bekerja sekuat tenaga untuk MEMENANGKAN calon kami..!”
Ini ibarat ketika Erick mengatakan bahwa penyelenggaraan Asian Games akan lancar dan sukses. Kalimat penuh harapan yg meruak dan optimistis.

Tapi pernyataan seperti itu tidak terlontar dari mulut Erick. Justru berkali2 dia menekankan bahwa ia adalah seorang profesional yg di-hire untuk mengurusi manajemen tim saja. Bukan bertarung. Bukan berlaga untuk memenangkan kontestasi. Terlihat ada komunikasi yg masih gagap disini. Yaitu Mukidi sumringah dan meluap penuh harapan, sedangkan Erick cenderung datar dan sangat hati2.

Bahagiakah Erick..? Seperti kata sohibnya, Sandiaga, jika bisa memilih tentu Erick akan memilih untuk mengurus bisnisnya saja. Tapi Erick ditunjuk oleh rezim. Dia mungkin tak punya banyak pilihan, atau bahkan mungkin tidak bisa memilih, entah karena apa. “Sebagai pengusaha Pak Erick pasti tidak mau seperti posisi ini. Saya yakin. Kalau boleh memilih pasti dia enggak bakal mau, karena dia lebih mudah untuk mengurus usahanya. Tidak membebani sebagai political expose person (PEP). Kalau ketua tim dan jadi PEP pasti dia akan sangat berat sebagai pengusaha, dan Erick membawahi ribuan pegawai juga. Jadi bagi saya, saya sangat mengerti posisi beliau.”

Sebenarnya bukan Erick saja yg diincar Mukidi. Kabarnya petinggi sebuah stasiun tv anak muda yg kemarin sukses menjadi sutradara film Motor Ngetril Mukidi, juga ditawari. Tapi ia tak berminat. Mukidi sendiri menyebutkan bahwa ia jatuh hati kepada Erick yg talented dan terbukti sukses sebagai pemilik banyak media.

Kenapa Erick..? Karena dia diharapkan dapat menutupi ruang kosong yg melompong, akibat Mukidi memilih pasangan berusia sepuh. Ruang kosong itu disebut Daya Tarik Millennials, yg tak akan dapat ditutupi meski Mukidi menyuruh pasangannya ganti Sarung dengan Celana Jeans ketat sekalipun. Karena meski bungkusnya didandani seolah kemuda-mudaan, toh isinya tetap sama.

Inilah sebuah konsekuensi yg terlalu besar, gara2 kelompok Mukidi terlalu berusaha agar tampak Islami di mata rakyat. Karena demi strategi menggaet suara muslim, maka pasangan berusia kadaluarsa pun digaet. Padahal ini adalah pemilu nasional, bukan Pilkada Jakarta. Dimana masalah besar nasional saat ini adalah soal EKONOMI NASIONAL YG KINI HANCUR LEBUR DAN LEMAHNYA KEDAULATAN BANGSA. Bukan masalah penistaan agama atau soal membela ulama.

Apakah Erick Thohir dapat memenuhi ekspektasi besar Mukidi, yaitu agar dirinya terlihat Pro Millenials?
Rupanya khayalan Mukidi membubung terlalu tinggi. Ia lupa bahwa sebagai profesional, Erick hanya ibarat ‘Manajemen Artis’. Sedangkan bintang film yg akan dijual adalah diri dia sendiri dan pasangan sepuhnya itu.

Sangat disayangkan, sekarang Mukidi tidak bisa jualan Kesederhanaan lagi. Image itu sudah pecah merana berkeping2. Kini hidup dan masa depannya tergantung kepada Branding Baru: Image Millenials dan Citra Islami, yg akan mati-matian ia paksakan.

Maka beruntunglah Prabowo-Sandi. Mereka tidak perlu lagi meminjam wajah dan identitas orang lain. Semua citra positif telah ada pada mereka. Melekat dan menjadi satu dengan karakter keduanya: Nasionalis, religius, millenials, kerakyatan, gagah, tampan, sporty, sehat, dinamis, cerdas, simpatik, full empati, dan terlihat sangat siap mewakili wajah Indonesia untuk tampil di Forum Dunia Internasional. [swamedium]

*) Penulis adalah Pemerhati Bangsa dan Pegiat Media Sosial

NOTE: Tulisan ini adalah kolom opini, isi tulisan sepenuhnya tanggungjawab penulis

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA