Pengamat UI Bandingkan Aksi Mahasiswa Riau dengan Aksi Bakar Hastag #2019GantiPresiden

Pengamat UI Bandingkan Aksi Mahasiswa Riau dengan Aksi Bakar Hastag #2019GantiPresiden

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Reza Haryadi membandingkan aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR), Senin (10/9/2018), dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa di Tangerang Salatan, Selasa (4/9/2019) pekan lalu.

Berbeda dengan aksi mahasiswa Riau, sejumlah mahasiswa Tangerang sebelumnya menggelar aksi menolak gerakan hastag #2019GantiPresiden. 

Aksi tersebut dilakukan di Bunderan Alam Sutera, Jalan Raya Serpong Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/9/2018).

Dalam aksinya, peserta aksi juga membakar spanduk dan poster bertuliskan hastag #2019GantiPresiden.

Reza memandang, isu yang diangkat mahasiswa Riau, Senin (10/9/2018) sore, merupakan gerakan mahasiswa sebagai pressure group yang berperan mengawasi jalannya kekuasaan.

Sedangkan aksi mahasiswa Tangerang dinilai Reza sebagai fenomena unjuk rasa "gagal paham" dari gerakan mahasiswa. 

"'State of nature' dari gerakan mahasiswa adalah corong suara kritis masyarakat ketika kepentingannya diabaikan oleh kekuasaan. Jadi, isu politik mahasiswa adalah masalah-masalah riil yang dialami oleh masyarakat, bukan isu tarik menarik kekuasaan elite," kata Reza kepada TeropongSenayan, Selasa (11/9/2018).

Hal inilah yang menurut Reza menjadikan gerakan mahasiswa sebagai pressure group berperan penting dalam ikut setta mengawasi roda kekuasaan.

Karena itu, kata Reza, sebagai kaum terpelajar, mahasiswa selalu memiliki peranan strategis dalam sistem politik dan senantiasa diincar oleh rezim yang berkuasa untuk dikendalikan.

Doktor Ilmu Politik UI ini mengatakan, luputnya isu-isu strategis yang diusung mahasiswa Tangerang dapat berdampak pada kepentingan publik. Termasuk soal melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.

"Belum lagi isu lonjakan utang luar negeri. Ini menunjukan gejala sterilisasi gerakan mahasiswa abai dari kepentingan akar sosialnya," jelas Reza.

Hal ini, menurut Reza, bisa diakibatkan sejumlah hal, seperti tumpulnya nalar kritis akibat kelemahan basis teoritik untuk memahami kompleksitas masalah.

"Sehingga mereka terjebak pada isu domestik 'student needs', atau karena mahasiswa telah terkooptasi oleh rezim kekuasaan," pungkasnya.

Mahasiawa Tengerang Bakar Hastag #2019GantiPresiden

Untuk diketahui, sebelumnya puluhan mahasiswa di Tangerang Salatan melakukan aksi menolak gerakan hastag #2019GantiPresiden. Mereka nenilai gerakan itu membawa agenda makar.

"Kami menilai bahwa kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan makar dan dalam deklarasi tersebut diindikasi telah disusup oleh kelompok beraliran ekstrimis radikal, yang ingin membahayakan NKRI," kata koordinator aksi, Achdan Mubarok di sela-sela aksi, Selasa (4/9/2019) pekan lalu.

Aksi tersebut dilakukan di Bunderan Alam Sutera, Jalan Raya Serpong Tangerang Selatan, Banten. Peserta aksi membawa spanduk dan poster bernada penolakan deklarasi hastag 2019GantiPresiden.

Peserta aksi juga membakar poster bergambar logo hastag 2019GantiPresiden. Tiga helai poster dibakar di tengah jalan tempat mereka melakukan aksi.

"Bisa jadi, inilah salah satu cara untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah saat ini dengan cara menggiring opini masyarakat untuk tidak percaya terhadap pemerintahan sehingga menyebabkan disintegrasi bangsa," ujarnya.

Dalam aksi itu, massa juga menuntut pembubaran kelompok yang mendeklarasikan hastag 2019GantiPresiden. 

"Pertama bubarkan kelompok hastag 2019GantiPresiden, kedua menolak adanya deklarasi hastag 2019GantiPresiden di Tangerang Selatan," pungkasnya.[tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita