Mustofa: SBY Lengser, Aktivitas Kajian Umat Muslim Mulai Diganggu

Mustofa: SBY Lengser, Aktivitas Kajian Umat Muslim Mulai Diganggu

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Fenomena tekanan terhadap kelompok aktivitas kajian Muslim dinilai mulai terjadi sejak Susilo Bambang Yudhoyono lengser dari kekuasaan.

Juru Bicara Presidium #2019GantiPresiden, Mustofa Nahrawardaya menganggap, pelan tapi pasti tekanan dengan berbagai cara mulai tampak.

"Setelah terjadi perpindahan kekuasaan, tepatnya ketika sejak SBY selesai masa kekuasaannya, mulai saat itulah," kata Mustofa kepada wartawan, Selasa, 4 September 2018.

Mustofa menyoroti dalam fenomena ini terduga pelaku yang mengintimidasi adalah sesama muslim. Namun, aparat pemerintahan era Presiden Joko Widodo seolah tak serius mengungkap dan tak menindak tegas.

"Ini baru terjadi setelah SBY lengser. Anehnya, Pemerintah diam. Membiarkan aksi itu terjadi," tutur Mustofa.

Dia mencontohkan gangguan aktivitas kajian Islam merujuk dari beberapa kejadian seperti pencoretan daftar penceramah di sejumlah masjid BUMN, pemaksaan massa penyerang kepada ustaz agar mendeklarasikan setia kepada Pancasila dan UUD 1945. Menurut dia, beberapa kejadian tersebut diketahui pihak terduga pelaku juga merupakan sesama muslim.

"Ada kesan, sesama muslim dibiarkan berkelahi menggunakan isu pembenturan Pancasila dan Islam. Tidak pernah fenomena sejahat ini terjadi masa SBY atau pemerintahan sebelumnya," ujar Mustofa.

Kemudian, ia juga menyinggung lahirnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 yang berujung kemunculan UU Ormas. Meski mendapat pertentangan, akhirnya UU Ormas ini disahkan.

Bagi dia, UU ini tujuan awalnya ingin memberangus aktivitas ormas Islam bergaris keras. Namun, dalam praktiknya ada kekeliruan karena ada ormas Islam yang getol melakukan dugaan pelanggaran.

"Dengan demikian, tampaknya ada formasi kejahatan yang dibiarkan bekerja menyerang aktivitas sebagian Umat Islam. Muncullah istilah persekusi," tuturnya.

Selain itu, Mustofa juga menyoroti aksi teror ke sejumlah tokoh ustaz hingga meninggal dunia atau setidaknya luka-luka. Tapi, kasus ini menurutnya masih misterius karena terduga pelaku dianggap orang dengan gangguan jiwa.

Maka, bagi dia tak mengherankan bila kejadian ustaz Abdul Somad membatalkan jadwal ceramahnya di sejumlah kota di Pulau Jawa karena diduga adanya ancaman dan intimidasi. Menurut dia, cara ini diambil Somad untuk mencegah kemungkinan jatuhnya korban. Sebab, bila dilawan dengan cara yang sama maka hanya akan melukai sesama umat muslim.

"Sangatlah disayangkan. Namun saya pikir hal itu untuk mengurangi potensi korban rakyat sipil bila keinginan dakwah tetap dilanjutkan. Ketika Pemerintah tidak hadir, maka kemungkinan jatuhnya korban akibat tekanan." [viva]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA