Kisah Misteri Tanjakan Tajam Leter S Cikidang Ramai Dibicarakan Warga

Kisah Misteri Tanjakan Tajam Leter S Cikidang Ramai Dibicarakan Warga

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Dua puluh satu penumpang tewas dan lainnya menderita luka-luka akibat bus Pariwisata yang nyemplung ke jurang di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (8/9) siang.  Insiden terjadi di tanjakan leter S, tepatnya di Kampung Bantarselang, Cikidang, Kabupaten Sukabumi.

Usai kecelakaan maut itu muncul kisah-kisah misteri yang beredar di kalangan warga sekitar, kembali menjadi omongan. Tanjakan leter S adalah jalan alternatif menuju Palabuhanratu dari arah Cibadak. Jalan yang menurun tajam dan berbelok itu kembali menelan korban jiwa.

Dari pantauan Radar Sukabumi (Jawa Pos Group), kondisi bus pariwisata yang ditumpangi para karyawan swasta itu rusak parah. Tampak bercak darah pada badan kendaraan. Bahkan ada korban yang kondisinya terjepit, patah tulang bahkan lehernya nyaris putus.

Petugas kepolisian dibantu anggota TNI dan warga sekitar langsung mengevakuasi seluruh korban, pasca mendapat laporan kecelakaan. Seluruh korban dilarikan ke RSUD Palabuhanratu dan Sekarwangi. Sontak, tangis pun pecah dan lokasi kejadian menjadi pusat perhatian semua pihak.

Di balik peristiwa itu, Bah Sanusi, 63, memberikan keterangan yang berkaitan dengan mistik di area sekitar lokasi kejadian. Pria yang akrab disapa Bah Uci mengatakan, setiap musim liburan, insiden kecelakaan di area tersebut sering terjadi. “Kalau berbicara kejadian, ini kejadian yang kesekian kalinya. Setiap musim liburan, pasti ada kecelakaan,” kata Bah Uci.

Pria yang kulitnya sudah keriput itu menyebutkan, pada tahun 1990-an, jalan alternatif Cikidang ini masih sangat sempit. Tepat di tanjakan leter S terdapat sebuah pohon besar. Warga merasa tidak punya keberanian untuk menebang pohon yang mirip dengan pohon beringin itu. “Setelah ada pelebaran pada tahun 2000-an, pohon itu ditebang. Enggak tahu dikemanakan,” imbuhnya.

Pada saat jalan masih sempit, menurut Bah Uci, sering juga terjadi kecelakaan. Setiap pengendara yang mengalami kecelakaan, sering mengaku melihat sesosok makhluk halus yang anggota tubuhnya tidak lengkap. "Dulu sering ada penampakan makhluk yang menyerupai korban lakalantas. Mungkin itu jin yang ingin mengelabui pengendara. Tapi memang, di sini sering ada penampakan,” bebernya.

Bah Uci menyebutkan, pengendara yang melintas jalan alternatif menuju Palabuhanratu itu sangat diharuskan berhati-hati. Jangan memiliki rasa jemawa dan tidak ngomong sembarangan. “Ya seyogyanya kan harus punya etika ketika akan melewati rumah orang. Tidak boleh sombong. Intinya harus berhati-hati,” pungkasnya.

Seorang warga lainnya, Iyus Aprianto (35) mengamini apa yang disampaikan Bah Uci. Ia mengaku mengalami pengalaman mistik saat tengah malam melewati tanjakan yang kini dikenal dengan tanjakan leter S tersebut.

“Waktu saya pulang dari Palabuhanratu bersama keluarga sekitar pukul 01.00 WIB. Saat tiba di tanjakan itu, kakek saya menyuruh berhenti. Di sana kami sempat membaca tahlil sebentar, setelah itu baru melanjutkan perjalanan," katanya.

"Menurut kakek saya, ada beberapa sosok makhluk seperti korban lakalantas yang berteriak minta tolong. Tapi percaya tidak percaya, memang begitu kenyataannya mengingat banyak yang mengalami kecelakaan di sini,” imbuh Iyus.

Selain itu, aura di sekitar lokasi kejadian bagi pengendara sangatlah tidak baik. Artinya, pengendara yang melintas akan memiliki rasa ingin ngebut meskipun kondisi jalan berbelok dan menurun tajam. “Hawanya pengin ngebut, bagi pengendara yang baru tentu itu sangatlah berbahaya,” singkatnya.

Dihubungi terpisah, Kadishub Kabupaten Sukabumi, Thendy Hendrayana menambahkan, terlepas dari persoalan mistis yang beredar di tengah-tengah masyarakat, kondisi jalan di tempat kejadian memang menurun tajam, kondisi kendaraan dan pengendara sangat harus dipastikan dalam keadaan baik.

“Terlepas dari cerita itu, yang harus diperhatikan bagi pengendara itu tetap kehati-hatian dan kondisi kendaraan dalam keadaan baik. Karena biasanya, terjadinya kecelakaan ini karena faktor kondisi kendaraan dan human error,” singkatnya. [jpc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita