Ferdinand Hutahaean: Saya Lebih Mampu Urus Negara Dibanding Jokowi

Ferdinand Hutahaean: Saya Lebih Mampu Urus Negara Dibanding Jokowi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menyebut dirinya lebih mampu mengurus negara dibandingkan Preside RI Joko Widodo (Jokowi).

Hal ini disampaikan Ferdinand melalui laman Twitternya @LawanPoLitikJW pada Selasa (25/9/2018).

Ferdinand juga menyebut dirinya lebih memiliki kapastitas dibanding Jokowi.

"Saya lebih mampu dan lebih punya kapasitas urus negara dibanding Jokowi," tulis Ferdinand dalam akun Twitternya.

Kicauan Ferdinand ini menanggapi unggahan dari pengguna sosial media Twitter @AndyArch77 yang ditujukan kepada Ferdinand.

Akun @AndyArch mengkritik Ferdinand untuk tidak asal dalam berbicara, karena menurutnya setiap pemimpin memiliki strategi masing-masing dalam memimpin.

"Setiap pemimpin punya strategi masing-masing, termasuk SBY dan Jokowi, yang baik kita apresiasi, yang buruk kita kritisi, jangan asal man*** kayak orang ngga makan sekolahan bro, kayak gini mau jadi Wakil Rakyat," tulis @AndyArch.


Sebelumnya, Ferdinand mengkritik Jokowi karena telah membandingkan pembangunan infrastruktur Indonesia dengan China.

Ferdinand menilai, China kondisi sangat berbeda dengan Indonesia, sehingga wajar China melesat dalam pembangunan infrastruktur.

Dalam kritiknya, Ferdinand juga menyebut Jokowi tidak paham dalam mengurus bangsa.

"Saya yakin, @jokowi tidak paham urus Bangsa.

Membangun itu tidak degan membandingkan jumlah infrastruktur dengan negara asing apalagi Cina yang luasnya berbeda, jumlah penduduknya berbeda.

Kita membangun bangsa sesuai kebutuhan Indonesia, bukan karena ingin seperti asing," tulis @LawanPoLitikJW.


Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi berbicara mengenai pembangunan infrastruktur dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) ke-50 di Jakarta pada Senin (24/9/2018).

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi membahas mengenai infrastruktur Indonesia yang menurutnya merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah.

Hal ini diungkapkan Jokowi melalui unggahan di akun Instagramnya, @jokowi, pada Selasa (25/9/2018).

Jokowi bercerita bahwa pada tahun 1977 silam, Indonesia sempat membangun tol Jagorawi hingga negara-negara di Asia melihat hasil pembangunan ini.

Mantan Walikota Surakarta ini juga membandingkan infrastruktur Indonesia dengan China dan Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, pada awal tahun 2015 jalan tol di Indonesia hanya sepanjang 780 kilometer, sementara China sudah membangun jalan tol sepanjang 280.000 kilometer.

Tak hanya jalan tol, Jokowi juga membandingkan bendungan yang ada di Indonesia, AS, dan China.

Menurut Jokowi, dirinya sengaja menyampaikan hal ini di depan para pengusaha untuk memperlihatkan jika pemerintah masih punya pekerjaan yang besar dalam pembangunan infrastruktur.

Jokowi juga menyampaikan ketimpangan sangat terlihat pada sektor infrastruktur di Jawa dan beberapa daerah di Indonesia Timur.

Terakhir, Presiden Jokowi menuturkan, sebagai bangsa Indonesia, kita tidak hanya sekadar berbisnis maupun berekonomi saja, namun juga bernegara.

Ia menyampaikan, meskipun jika dilihat dari hitung-hitungan ekonomi dan politik, akan sangat menguntungkan jika dirinya membangun Pulau Jawa, namun Jokowi sekali lagi menegaskan bahwa Indonesia bukan hanya Jawa.

"Tahun 1977 kita membangun jalan tol Jagorawi. Semua negara melihat kita. Malaysia, Vietnam, Filipina, China, menengok Jagorawi seperti apa.

Namun sampai awal tahun 2015, panjang jalan tol di Indonesia hanya 780 kilometer. Saat itu, China sudah membangun 280.000 kilometer. Bendungan di Indonesia ada 231, sementara Amerika Serikat punya 6.100 bendungan dan China 110.000 bendungan!

Saya sengaja menyampaikan fakta-fakta ini di hadapan para pengusaha dalam HUT ke-50 Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, kemarin, untuk menggambarkan bahwa kita masih punya pekerjaan rumah yang besar di bidang infrastruktur, mengingat Indonesia begitu besar.

Indonesia memiliki 17.000 pulau. Saya lihat ketimpangan infrastruktur barat, tengah, timur, betul-betul mencolok dan jurangnya sangat lebar. Itulah sebabnya kita harus membangun di Papua, di Maluku Utara, di NTT, di Indonesia bagian Timur.

Ya, kita ini bernegara, bukan berbisnis, bukan berekonomi saja. Meskipun jika dilihat dari hitung-hitungan ekonomi dan politik lebih menguntungkan jika membangun di Jawa, tapi Indonesia bukan Jawa saja," tulis Jokowi dalam akun Instagramnya.



BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita