Erick Thohir vs Djoko Santoso, Siapa Unggul?

Erick Thohir vs Djoko Santoso, Siapa Unggul?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, peran ketua tim pemenangan untuk masing-masing pasangan peserta Pilpres 2019 sangat strategis, layaknya kapten dalam permainan sepak bola.

Menurut dia, posisi ketua tim sukses penting dalam beberapa hal. Pertama, untuk mendongkrak elektabilitas capres dan cawapres, manajemen tim pemenangan pasangan kandidat secara keseluruhan.

"Apabila salah dalam memilih ketua tim pemenangan maka bisa bunuh diri politik bagi calon tersebut. Oleh karena itu, tak boleh salah mengambil ketua tim pemenangan," ucap Pangi kepada JPNN, Sabtu (8/9).

Kedua, ketua tim punya tugas strategis membaca mapping elektoral secara mendalam dan memiliki banyak strategi jitu. Dia harus memahami dan tahu betul bagaimana membaca fenomena trend perilaku pemilih rasional, sosiologis dan pemilih psikologis, serta piawai dan mahir memainkan sentimen publik (underdog effect).

Kemudian, dia harus paham manajemen isu yang positif terhadap kandidat, piawai dan mahir meng-counter nagitive campaign, mengerti betul soal program apa yang sedang dibutuhkan pemilih, memahami personal branding dan paham akan kelemahan capresnya dan capres lawan politiknya (down grade), mampu menjawab dan memainkan strategi serangan darat dan udara.

Ketiga, dia menjadi corong utama untuk menjangkau ke berbagai ceruk segmen pemilih dan grassroot komunitas. Ketua tim pemenangan tidak cukup hanya soal generasi muda. Kuncinya adalah yang punya pengalaman panjang dalam pemenangan, punya kapasitas, narasi, literasi, konten, kridibel, disiplin serta memiliki loyalitas tingkat.

"Jangan sampai ada yang main dua kaki atau penyusup yang disusupi tim lawan," ucap pengamat yang beken disapa dengan panggilan Ipang.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini juga mengatakan bahwa ketua tim pemenangan yang muda memang dibutuhkan untuk menjawab aspirasi dan kehendak generasi melenial. Namun muda saja tidak cukup, dia juga harus sudah matang.

"Terpilihnya ketua tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf yaitu Erick Thohir maupun Djoko Santoso sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Sandi, jelas punya kemampuan leadership yang baik, kemampuan manajerial yang baik, sosok yang representatif," tutur Ipang.

Bicara kelebihan dan kekurangan ketua tim pemenangan kedua paslon, Ipang memandang pemilihan Erick Thohir di kubu Jokowi-Ma’ruf dan Djoko Santoso di kubu Prabowo-Sandi menggambarkan dengan jelas situasi dan fenomena apa yang sedang mereka butuhkan.

Erick Thohir dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses yang disiapkan untuk mengimbangi Sandiaga Uno, menambal sisi lemah Kiai Ma'ruf pada segmen pemilih melenial. Dia tak perlu diragukan soal penguasaan masalah ekonomi dan penetrasi terhadap pemilih milenial.

"Erick Thohir sosok yang cukup mudah terkoneksi dengan pemilih melenial, cukup kreatif dan confidance," kata pengamat berdarah Minang ini.

Di sisi lain, pemilihan Djoko Santoso di kubu Prabowo-Sandi juga menggambarkan dengan jelas akan fokus pada isu strategis bidang keamanan nasional. Djoko mantan panglima TNI, jenderal tempur lapangan, sehingga paham soal strategi dan peta lapangan (mapping).

Hanya saja pemilihan dua nama ini dipandang Ipang masih menyisakan titik lemah, Erick Thohir memang sudah malang melintang di dunia usaha namun masih terbilang baru dalam urusan politik praktis.

"Politik tentu punya dunia dinamika sendiri yang berbeda secara diametral dengan dunia bisnis, sehingga ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Erick mengelola situasi ini," sebutnya.

Sementara itu, pemilihan Djoko Santoso juga punya beban tersendiri terutama di koalisi partai pendukung Prabowo-Sandi, sebab beliau merupakan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra.

Partai pimpinan Prabowo Subianto harus bisa meyakinkan koalisi untuk menjelaskan situasi ini. Di mana semua jabatan strategis mulai dari capres, cawapres, dan ketua tim pemenangan, semuanya disapu bersih kader Partai Gerindra.

"Dominasi Gerindra ini dikhawatirkan akan melemahkan loyalitas dan soliditas partai pengusung dalam memenangkan Prabowo-Sandi. Semoga, pilpres 2019 bertarung pada level gagasan, narasi, konten, literasi dan adu program," pungkas dia. [jpnn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita