Ekonom AS Sebut Rupiah Bisa Tembus 18 Ribu, Ferdinand: Tenang Kami Punya Presiden Terhebat

Ekonom AS Sebut Rupiah Bisa Tembus 18 Ribu, Ferdinand: Tenang Kami Punya Presiden Terhebat

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean memberikan komentar terkait gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Ferdinand Hutahaean memberikan jawaban terkait pernyataan dari seorang ekonom luar negeri yang 'bermain' saham di Wall Street.

Dari unggahan Ferdinand Hutahaean di akun Twitternya @LawanPoLitikJW, Jumat (7/9/2018), ekonom luar negeri tersebut berpendapat nilai tukar rupiah bisa tembus Rp 18.000 per dolar AS pada Januari 2018 mendatang.

Ferdinand Hutahaean menjawab dirinya tenang karena Indonesia memiliki presiden dan menteri keuangan yang hebat.

Menurut Ferdinand Hutahaean, ekonom luar negeri itu pun tertawa ketika mendengar jawabannya.

"Td saya ngobrol dengan ekonom dari luar. Teman yg main di WallStreet.

Dia bilang gini, Sir... ini Dolar bisa tembus 18 ribu Januari nanti.

Aku jawab, tenang... kami punya presiden terhebat dan menkeu terhebat.

And than He laugh," tulis Ferdinand Hutahaean dalam akun Twitternya.


Diberitakan sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat berada di level Rp 15.000.

Namun kemarin, Jumat (7/9/2018) nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan dengan menjauhi level Rp 15.000 per dolar AS.

Data Bloomberg menyebutkan nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.820 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memberikan tanggapan mengenai kenaikan nilai tukar rupiah tersebut.

Diberitakan Kontan.co.id, Jumat (7/9/2018), Perry Warjiyo menjelaskan penguatan rupiah disebabkan oleh tambahan suplai yang ada di pasar.

Menurutnya, pengusaha yang memiliki valas menjual valasnya dan menyebabkan suplai bertambah.
“Sehingga dua hari ini supply dan demand berlangsung dan ini penting untuk nilai tukar yang menguat,” ujar Perry Warjiyo.

Oleh sebab itu, BI memberikan apresiasi kepada pelaku ekonomi yang menjual valasnya sehingga menambah suplai di pasar.

Sementara itu, BI dan pemerintah akan terus melakukan langkah nyata untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.

Meski menguat, Perry Warjiyo menuturkan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih di luar nilai fundamentalnya.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator makro ekonomi Indonesia yang membaik.

Sebagai contoh, di bulan Agustus tercatat deflasi 0,05 persen.

Pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2018 tercatat 5,27 persen.

Sedangkan pertumbuhan kredit berada diatas 11 persen di bulan Juli 2018.
"Tentu saja (di luar fundamental). Kalau kita lihat, pergerakan inflasi yang sangat rendah, malah deflasi di Agustus, pertumbuhan ekonomi cukup bagus, perbankan yang kuat, kredit yang tumbuh lebih dari 10%,” ujar Perry Warjiyo.

Perry Warjiyo menambahkan, dibanding saat ini, ke depan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa terus menguat.

Dikutip dari bi.go.id, Jumat (7/9/2018), nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.884 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).

Sedangkan kurs transaksi Bank Indonesia menunjukkan Rp 14.958 per dolar AS untuk kurs jual dan Rp 14.810  untuk kurs beli.[tribun]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA