Dulu Usul Salim Segaf-UAS, Ini Maksud GNPF-U Soal 'Cawapres Ulama'

Dulu Usul Salim Segaf-UAS, Ini Maksud GNPF-U Soal 'Cawapres Ulama'

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Yusuf Martak menjelaskan soal pernyataannya tentang jangan mengangkat cawapres ulama agar tidak pecah. Yusuf, yang juga pernah mengusulkan cawapres ulama Prabowo Subianto, mengatakan pernyataannya itu terkait dengan pilihan ulama yang berbeda-beda.

"Kan pertanyaannya adanya cawapres ulama bersama pak Jokowi apakah tidak pecah? Kan pertanyaan saya jawab. Ya nggak. Karena kalau di sana mengangkat ulama, di sini juga kan ada ulama. Ulama kan berbeda-beda. Itu maksud saya. Bukan berarti adanya ulama terus pecah, nggak," kata Yusuf saat dihubungi, Minggu (16/9/2018).

Yusuf mengatakan pihaknya yang pertama kali merekomendasikan ulama sebagai cawapres, yakni ke Prabowo. Bahkan usulan itu disampaikan sebelum Joko Widodo (Jokowi) menunjuk KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres.

"Iya yang membuat. Awalnya yang mengadakan Ijtimak, memgusulkan calon dari ulama kan GNPF-Ulama. Tapi pak Jokowi memilih cawapresnya dari ulama. Dengan diambilnya, dengan diangkatnya pak Ma'ruf, terus kita tidak boleh mengusulkan dari ulama? Kan tidak juga," ujarnya.

Dia menjelaskan saat itu nama cawapres ulama yang diusulkan adalah Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad (UAS). Namun, nama keduanya tak jadi pendamping Prabowo.

"Nah, waktu kita mengusung UAS sama pak Salim, kan Kiai Ma'ruf belum dicalonkan, kan beda. Iya kan. Setelah kita, usulan kita tidak bisa dijadikan wapres. Barulah, muncullah tanggal 9 (Agustus 2018) malam Jokowi mengusung Kiai Ma'ruf Amin yang berlatar belakang ulama," jelasnya.

"Jadi tanggal 9 pada pukul 19.00 WIB itu Pak Jokowi sudah memutuskan cawapresnya Kiai Ma'ruf Amin. Nah saat itu adalah hari terakhir, H-1. Malamnya jam 11 Prabowo mengumumkan cawapresnya, yaitu (Sandiaga) Salahudin Uno. Jadi sudah tidak ada lagi ruang mendorong kalangan ulama," sambung dia.

Terlepas dari itu, Yusuf mengatakan suara ulama tak mungkin dimobilisasi untuk satu pasangan calon. Menurut dia, ulama mempunyai pilihan yang berbeda setiap Pilpres.

"Itu bukan perpecahan, setiap periode lima tahun sekali pasti ada ulama yang mendukung paslon A atau paslon B. Dari segala, dari partai, dari masyarakat umum. Semua punya pilihan masing-masing. Tidak bisa dimobilisasi satu palson. Nggak mungkin," tuturnya.

Sebelummya, GNPF-Ulama bicara soal kekhawatiran suara umat Islam terpecah di Pilpres 2019. GNPF-U mengatakan jika tak ingin pecah seharusnya tidak ada pihak yang mengangkat cawapres dari kalangan ulama.

"Mengenai cawapres ulama, memecah. Ya semestinya kalau tidak mau pecah, jangan angkat calon wapres yang ulama," kata Ketua GNPF-U Yusuf Martak di lokasi Ijtimak Ulama II, Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat.

Pernyataan itu disampaikan Yusuf untuk menanggapi pertanyaan tentang apakah tidak khawatir suara umat Islam terbelah dua, mengingat ada ulama yaitu KH Ma'ruf Amin yang ditunjuk menjadi cawapres dari Joko Widodo. Yusuf mengatakan setiap ulama mempunyai pilihan yang berbeda. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita