Buwas Sebut Gudang Beras Sudah Penuh, Darmin Nasution: Kalau Tidak Impor Waktu Itu Repot Kita

Buwas Sebut Gudang Beras Sudah Penuh, Darmin Nasution: Kalau Tidak Impor Waktu Itu Repot Kita

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyebut dirinya heran dengan permasalahan impor beras yang melibatkan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, dan Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas).

Seperti dilansir TribunWow.com dari Kontan.co.id, Kamis (20/9/2018), Darmin menuturkan bahwa impor menyebabkan gudang beras Bulog penuh.

"Nah sehingga menurut saya ini enggak perlu gaduh ini. Gudang penuh karena impornya 1,4 juta ton. Kalau tidak impor waktu itu repot kita," ujar Darmin.

Masalah impor ini kemudian berujung pada pengurangan impor beras.

Hal ini lantaran gudang penyimpanan beras Buglog dikatakan penuh.

"Saya agak heran juga bahwa yang diributkan impor, dihubungkan dengan gudang yang penuh itu penuh karena impor. Kalau ga ada impornya isinya 800.000 ton," kata Darmin.

Sementara itu, cadangan beras 800 ribu ton disebut masih jauh di bawah cadangan beras ideal yakni 1 juta ton.

Jika cadangan beras hanya sedikit maka berpotensi menimbulkan kenaikan harga.

Darmin menjelaskan, di kuartal III 2017 harga beras sudah mulai naik.

Sedangkan stok beras yang ada di gudang Bulog hanya 978 ribu ton.

"Pertama, tahun 2017 itu di kuartal III harga mulai naik. Kami sebetulnya sudah intens rapat tapi waktu itu stok Bulog berada pada 978.000 ton. Banyak enggak itu? Enggak. Karena kita normalnya itu 2 juta ton, kalau 3 juta ton bagus," jelas Darmin.

Karena terjadi perdebatan pada saat itu, maka belum diputuskan akan dilakukan impor selanjutnya atau tidak.

Namun, stok beras Bulog terus berkurang karena digunakan untuk operasi pasar saat harga beras naik.

Sehingga, stok beras turun dari 978 ribu ton menjadi 903 ribu ton.

"Berarti dalam 10 hari berkurang 75.000 ton. Kenapa? Karena harus operasi pasar karena harga naik. Waktu itu harga Rp 11.300 ini beras medium. Padahal medium itu harganya Rp 9.450 (HET)," ungkap Darmin.

Pada Januari hingga Maret 2018, musim hujan mempengaruhi produksi beras dalam negeri, sehingga dari hasil rapat diperlukan untuk impor.

Bulog akhirnya mengimpor beras hingga stok gudang mencapai 2 juta ton yang dinilai aman hingga akhir 2018.

"Minggu ketiga Agustus 2018, stok Bulog 2,2 juta ton, tapi itu sudah termasuk impor, tapi belum termasuk semuanya. Mungkin 1,4 juta ton dia sudah masuk," ujar Darmin.

Sementara itu, diberitakan dari Kompas.com, stok persediaan beras yang melimpah menyebabkan Bulog harus menyediakan gudang tambahan.

Hal itu dilakukan agar stok beras bisa disimpan dengan baik sebelum didistribusikan ke pasar.

Budi Waseso menuturkan bahwa gudang sudah penuh sehingga tidak memerlukan impor.

Ia bahkan harus menyewa gudang milik institusi negara untuk mengakomodir stok beras tersebut.

"Secara kapasitas, gudang Bulog mampu menampung tiga juta ton beras, tetapi karena ada beberapa yang harus diperbaiki, rusak, dan lainnya jadi hanya mampu 2,2 juta ton. Hari ini kita sewa dan pinjam gudang milik TNI AU buat menyimpan beras di luar gudang Bulog," jelas Budi Waseso di Pasar Raya Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (14/9/2018).

Budi Waseso menambahkan, saat ini ada 500.000 ton beras Bulog yang disimpan di gudang TNI AU tersebut.

Oleh karena itu, Budi Waseso berharap agar beras yang dimiliki Bulog saat ini bisa terserap dengan cepat.

"Kalau beras yang ada di Bulog bisa diserap oleh pasar yang banyak maka itu akan meringankan Bulog dan juga akan menstabilkan harga," ujar Budi Waseso.

Untuk mempercepat penyerapan beras tersebut, Bulog telah menggelontorkan 10.000-15.000 ton per hari dalam Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah (OP-CBP) dengan ketentuan harga gudang Rp 8.100 per kilogram untuk wilayah 1 (Jawa, Lampung, Sumsel, Ball, NTB, Sulawesi).

Kemudian untuk wilayah 2 seperti Sumatera kecuali Lampung dan Sumatera Selatan serta NTT dan Kalimantan dengan harga Rp 8.600 per kilogram dan Rp 8.900 per kilogram untuk wilayah 3 Maluku serta Papua. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita