Ribut Jenderal Kardus, Yandri: Andi Arief Mulut Comberan

Ribut Jenderal Kardus, Yandri: Andi Arief Mulut Comberan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Istilah jenderal kardus yang dilontarkan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief, yang diarahkan ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, memicu suhu panas panggung politik jelang pendaftaran capres – cawapres.

Andi Arief menyebut, untuk memuluskan langkahnya menjadi cawapres, Wakil Gubernur DKI Jakarta dan juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno dikabarkan menggelontorkan uang ke PAN dan PKS.

Saat dikonfirmasi Ketua DPP PAN, Yandri Susanto menegaskan apa yang disampaikan oleh Andi Arief adalah tidak benar. Sehingga PAN dalam hal ini merasa dirugikan.

"Mulut comberan Andi Arief itu harap disetop," ujar Yandri kepada JawaPos.com, Rabu (8/8).

Oleh sebab itu, Anggota Komisi II DPR itu meminta supaya Andi Arief mencabut pernyataannya tersebut. Sebab PAN bakal melakukan langkah hukum kepada Andi Arief. Pasalnya apa yang disampaikannya adalah hoaks.

"Kalau enggak kita akan tuntut dia di meja hukum. Tolong dicabut secepatnya itu. Tolong dicabut secepatnya," tegasnya.

Yandri juga mendesak supaya Andi Arief memberikan klarifikasi ke media terkait tuduhan PAN menerima uang Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno tersebut.

"Mumpung masih ada waktu ‎klarifikasi. Itu pernyataan tidak mendasar," pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief mengatakan pihaknya kaget karena Prabowo melakukan hal yang di luar dugaan.

Kata dia, Wakil Gubernur DKI Jakarta yangjuga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno 'ngotot' menjadi cawapres Prabowo Subianto dengan membayar mahar.

Andi menambahkan, Sandiaga merayu Gerindra‎, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan juga Partai Amanat Nasional (PAN) dengan imbalan uang sebesar Rp 500 miliar. Sehingga bisa memuluskan langkahnya menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Menurut Andi, Prabowo dengan ketua umumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan pada Selasa (7/8) malam dengan adanya kesepakatan-kesepakatan. Namun semuanya berubah hanya dalam hitungan jam.

Oleh sebab itu tidak menutup kemungkinan Partai Demokrat bakal meninggalkan Gerindra dari koalisi yang sudah terbangun. Termasuk juga meninggalkan PAN dan PKS. [jpnn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita