Mahfud Tidak Dapat Kartu NU, Said Aqil: Kesini saja Tidak Pernah

Mahfud Tidak Dapat Kartu NU, Said Aqil: Kesini saja Tidak Pernah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Buka-bukaan Mahfud MD soal batalnya dia menjadi cawapres Jokowi bikin suasana agak panas. Salah satu pihak yang diserang Mahfud adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Soalnya, Aqil-lah yang menyebut, Mahfud bukan kader dan ang­gota Nahdlatul Ulama (NU). Aqil juga yang menyatakan pihaknya tak akan all out mendukung pen­capresan Jokowi jika tak memilih kader NU sebagai cawapres.

Namun Said Aqil membantah tuduhan Mahfud. Menurutnya, PBNU tak pernah melakukan aksi dukung mendukung seperti parpol. Yang jelas, kata Aqil, siapapun yang minta kartu anggota NU akan diberi. Termasuk saat Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bertandang ke kantor PBNU, Kamis (16/8) lalu. Keduanya diberi kartu NU karena memang minta. Beda dengan Mahfud. "Beliau tidak pernah diberi kartu NU karena tidak pernah ke sini untuk meminta," jelas Aqil. Berikut petikan wawancara dengan Aqil usai pertemuan dengan Prabowo-Sandi. 

Apa saja yang dibicarakan dengan Prabowo dan Sandiaga? 
Saya dengarkan program yang beliau rencanakan, nanti jika mendapatkan amanah atau kemenangan menjadi presiden itu apa saja yang akan dik­erjakan. 

Itu saja? 
Ya, saya nimbrungi. Ikut menam­bahkan. Kalau ekonomi saat ini sangat mengkhawatirkan. Dolar sudah 14.600. Kedua, persoalan hukum. Sekarang orang mencari haknya masih mahal. Perlu biaya sangat mahal. Saya lalu bertanya ke Prabowo, kalau bapak jadi presiden bagaimana. 

Ada permintaan khusus kepada PBNU agar mendukung pasangan Prabowo-Sandi? 
Saya jawabnya NU bukan partai politik. Jadi bukan untuk dukung mendukung. Tapi saya persilakan kepada warga NU kalau mau mendukung. Saya juga mem­persilakan beliau (Prabowo) kalau mau berkampanye kepada warga NU. 

Ada yang berkomentar PBNU sekarang seperti partai politik. Karena sudah dukung mendukung capres? 
Oknumnya mungkin ada. Tapi saya tidak. Tidak pernah dukung mendu­kung. Kalau Nabil (Sespri Said Aqil) mungkin iya. Hehehehe.. Tapi saya tidak. 

Benar Pak? 
Nggak. Nggak pernah. 

Termasuk ke Prabowo? 
Kedatangan Prabowo ke PBNU bu­kan dalam dukung mendukung. Saya menerima setiap tamu yang datang ke sini. Orang Yahudi orang, Nasoro dari mana-mana aja saya terima. Orang dari Amerika datang, ada usukup ke PBNU, saya terima semuanya. 

Soal tuduhan Mahfud yang cerita terjegal karena ancaman PBNU? 
Beliau kan bilang, hanya guyon. Kalau guyon yah tak usah ditanggapin dong. Saya tanggapinnya juga sambil guyon. 

Pertimbangan Prabowo mendapat kartu NU bagaimana? 
Siapa pun orang yang minta kartu NU akan kami kasih. Pak Setya Novanto itu mendapat kartu NU karena beliau minta. Jadi dulu, Pak Setya Novanto saat masih menjadi anggota DPR minta kartu. Yah saya kasih. Mosok gak boleh. 

Pak Mahfud MD tidak punya kartu? 
Iya beliau tidak punya. Lah beliau tidak pernah minta. Tidak pernah ke sini. Ke sini saja tidak pernah. 

Jadi benar Pak Mahfud bukan kader NU? 
Warga NU iya. Warga NU iya. Kulturnya. Pengalamannya. Ibadahnya. Cara Islamnya itu Islam NU. 

Pak Mahfud kan mengaku pernah jadi pengurus di GP Anshor? 
Iya. Beliau ditunjuk sebagai penase­hat. Bukan pengurus. Pe-na-se-hat. Bukan pengurus. Jabatan penasihat, tidak bisa disebut sebagai pengurus harian. 

Kalau Pak Mahfud minta kartu NU akan bapak kasih? 
Yah, pasti dong. Kalau ada yang minta akan saya kasih. 

Ada rencana bertemu dengan Pak Mahfud? 
Yah, tak usah direncanakan dong. Mosok bertemu saja harus rencana. Ayo ketemu yah ayoo.. tidak perlu direncanakan. 

Ada permintaan dari Gus Mus agar PBNU tidak untuk membicara­kan soal politik praktis? 
(soal pertemuan pada tanggal 8 Agustus saat Said Aqil, Muhaimin Iskandar dan Kiai Ma'ruf Amin bertemu di PBNU). 

Bukan membicarakan (politik prak­tis) itu. PBNU tidak pernah membicara­kan seperti itu. Nggak. Tidak ada itu. Soal pertemuan 8 Agustus itu, bukan membicarakan itu (politik praktis). Saat itu masing-masing membicarakan hasil pertemuan setelah bertemu den­gan presiden. Kemudian cerita, tadi ngomong apa- ngomong apa. Gitu kan. Kesatu saya, terus Pak Muhaimin, terus Pak Ma'ruf. Hari Rabu itu. kumpul di sini. Tadi apa, tadi apa. Gitu aja. Dan itu tidak direncanakan. Gak ada itu. 

Soal jabatan KH Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam di PBNU bagaimana? Aturan di PBNU kan tak boleh merangkap jabatan dengan jabatan politik? 
Nanti setelah beliau pulang dari haji akan dibicarakan. Sekarang beliaunya masih di Mekkah. [rmol]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA