Kubu Jokowi-Ma'ruf Lempar Kode, Apakah HRS Mau Dirangkul?

Kubu Jokowi-Ma'ruf Lempar Kode, Apakah HRS Mau Dirangkul?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kubu pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin tampaknya serius terkait upaya rekonsiliasi terhadap lawan politik menuju Pilpres 2019. Semua manuver politik kini menjadi mungkin dilakukan, termasuk merangkul pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menuturkan cawapres Ma'ruf Amin punya kemampuan menjembatani orang-orang yang selama ini sulit diajak bicara oleh capres pejawatJokowi. Saat ditanya apakah kubu pendukung Jokowi-Ma'ruf berharap Rizieq memberi dukungan, Andreas mengatakan, jika itu memungkinkan maka pihaknya tidak akan menolak.

"Kalau (Rizieq) bisa (mendukung Jokowi-Ma'ruf) ya kenapa tidak," kata dia usai menghadiri diskusi publik CSIS di Jakarta, Senin (20/8).

Andreas menilai, kalau Ma'ruf yang kini tengah beribadah haji memang bertemu Rizieq di Makkah, maka itu menjadi proses mediasi yang baik. Sebab menurut dia, Rizieq dengan FPI dan lembaga-lembaga sayap lainnya merupakan bagian dari kekuatan yang ada di bangsa ini.

"Sehingga di dalam proses politik, kampanye pemilu, siapa saja yang memberikan dukungan ya kita harus serap," papar dia.

Relawan Jokowi-Ma’ruf Amin pun mendukung penuh jika Koalisi Indonesia Kerja (KIK) melakukan pendekatan kepada Habib Rizieq. Alasannya, ormas seperti FPI dinilai memiliki pengaruh dalam perolehan suara pada Pilpres 2019.

“Relawan sendiri belum ada instruksi agar merangkul organisasi semacam FPI. Tapi, siapapun yang maumendukung Jokowi kita sambut dengan dua tangan,” ujar Relawan Jokowi Eka Prasetya saat dihubungi, Selasa (21/8) siang.

Di satu sisi, kata Eka, jika Rizieq bisa dirangkul sangat bermanfaat untuk meminimalisasi perpecahan di tengah masyarakat. Sebab, FPI yang dinilai sebagai organisasi masyarakat radikal tentu akan melunak.

Eka mengatakan, tugas relawan masih sangat berat karena masih banyak masyarakat di level terbawah yang masih mempercayai hoaks dan fitnah yang dituduhkan kepada Jokowi. Mantan Sekretaris Jenderal Tolak Radikalisme (TOR) itu pun menilai, tidak salah jika HRS nantinya turut mendukung pejawat.

“Bagi kita malah kalau bisa jangan hanya merangkul FPI. Tapi merangkul seluruh rakyat Indonesia. Kita mendukung Pemerintahan Jokowi dua periode,” kata Eka.

Ketua Umum Harapan Warga (Hawa) Rudi Sinaga mengatakan, secara konstitusi tidak salah jika Rizieq merapat ke kubu pejawat. Sebab, masing-masing masyarakat dilindungi oleh undang-undang di dalam menentukan sikap politik.

“Tapi saya yakin ini pasti ada pro dan kontra,” katanya.

Adapun, kubu pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tetap yakin, Habib Rizieq akan memberikan dukungan kepada Prabowo-Sandi. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono meyakini kubu pendukung Prabowo-Sandi tidak punya masalah dengan Rizieq.

"Habib Rizieq sih dukung kita. Yang berharap kan yang sebelah sana. Kita sih enggak ada masalah dengan Habib rizieq," ujar dia usai diskusi publik CSIS di Jakarta, Senin (20/8).

Sementara, Kadiv Humas dan Advokasi Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mempertanyakan sikap koalisi pendukung Jokowi-Ma'rufsoal adanya kesan berharap dukungan dari Habib Rizieq Shihab. Menurutnya, tidak elok PDIP sebagai partai pengusung berharap dukungan Rizieq.

"Kita sedikit malu melihat gerakan politiknya PDIP yang berharap didukung Habib Rizieq. Kita tahu selama ini PDIP sangat anti dengan Rizieq. Bahkan berbeda pendapat sehingga tidak mudah dengan kelompok Habib Rizieq," tutur dia, Selasa (21/8).

Ferdinand berpandangan, jika memang PDIP berharap dukungan Rizieq, berarti partai banteng moncong putih itu tidak konsisten dalam bersikap selama ini. Dengan begitu, lanjut dia, PDIP ingin menghalalkan segala cara untuk memenangkan kontestasi Pilpres ini.

"Tidak elok PDIP berharap dukungan Habib Rizieq yang selama ini terkonotasi sebagai kontra opini atau lawan politiknya. Masak berharap kepada lawan politik ya enggak luculah, nggak elok, tidak konsisten dengan sikap dan pendiriannya," ujarnya.

Ferdinand mengakui, Rizieq punya pengaruh yang besar dalam Pilpres 2019 meski tidak signifikan dalam menentukan kemenangan. Pimpinan FPI ini punya kekuatan massa yang riil dan besar, serta mampu menggerakan publik dan opini.

Menurut Ferdinand, wajar bila Rizieq menjadi sosok yang diperebutkan menjelang kontestasi Pilpres. "Karena namanya politik tentu berharap tokoh-tokoh yang punya basis massa riil itu bergabung dan mendukung," jelasnya.

Respons FPI

Habib Rizieq diketahui sebagai orang yang berada di balik agenda forum Ijtima' GNPF Ulama. Forum ini sepakat mendukung Prabowo Subianto menjadi capres 2019 dan merekomendasikan dua cawapresnya yakni Habib Salim Segaf Al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad. Namun, seperti diketahui, Prabowo kemudian memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Hingga saat ini, pihak GNPF Ulama, PA 212 dan organisasi yang berafiliasi ke Rizieq belum menentukan sikap politiknya, lantaran cawapres Prabowo tak sesuai dengan keputusan Ijtima' GNPF Ulama. Kemudian, muncul wacana akan digelarnya Ijtima GNPF Ulama II untuk memutuskan sikap pada Pilpres 2019.

Juru bicara Dewan Pengurus Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) Slamet Maarif mengungkapkan, Rizieq Shihab akan menunggu rekomendasi hasil Ijtima' Ulama II. Menurut dia, Rizieq telah memberi komando bagi FPI dan GNPF untuk mengawal Ijtima' Ulama II.

Ia mengatakan, segala kemungkikan bisa terjadi dan memengaruhi hasil Ijtima Ulama II. Namun, ia meyakini pimpinan FPI itu tidak akan mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden yang selama ini mengkriminalisasikan ulama

"Kami yakin dengan arah perjuangan beliau. Bahkan kemarin ketika Milad FPI, sambutan terakhir beliau kan begitu jelas, begitu gamblang. Saya pikir beliau akan tetap komitmen dengan perjuangannya," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (21/8).

Slamet mengatakan, saat ini Rizieq merupakan tokoh yang berpengaruh besar dalam kontestasi Pemilihan Umum Legistlatif (Pileg) maupun Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019. Menurutnya, dua pimpinan DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah, telah lebih dulu bertemu dengan Rizieq.

"Begitu mau menghadapi Pilpres dan Pileg tokoh-tokoh politik berlomba-lomba untuk bertemu. Ini menandakan pengaruh yang luar biasa," kata Slamet.

Karena itu, ia berharap setiap tokoh politik bertemu dengan Rizieq bisa menghasilkan sesuatu yang bisa memajukan bangsa ini. Dengan begitu, Pileg dan Pilpres 2019 menjadi penuh kesejukan, di mana kedua kubu bersaing dengan sportif dan tidak akan bermain curang.

Sebelumnya, dalam sambutan Milad FPI, Rizieq menyerukan pengikutnya untuk melantangkan suara dalam mencari pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Karena itu, FPI dan GNPF  harus memilih presiden dan wakil presiden yang melindungi agama.

Menurut dia, seorang pemimpin harus bisa menjunjung tinggi ayat suci di atas ayat konstitusi. Selain itu, ia menginginkan pemimpin bisa membawa Indonesia bersih dari korupsi, judi, LGBT, narkoba, miras, dan aneka ragam kemaksiatan lainnya.

Rizieq menambahkan, ajang Pilpres 2019 harus dijadikan momen mencari pemimpin yang bisa membersihkan Indonesia dari komunisme, leninisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan aliran sesat. Tak lupa, Rizieq juga menyinggung masalah riba dan utang, yang membuat Indonesia tak berkah.

"Kita tetap setia dalam komando ulama. Karenanya kita jangan bersikap apapun sebelum adanya putusan ulama. Siap ikut ulama? Siap ikut komando ulama? Siap bela ulama? Takbir!" serunya melalui rekaman suara Rizieq yang diterima Republika.co.id.

Ia mengatakan, semua pihak harus menjaga Ijtima Ulama II yang akan dilaksanakan setelah Idul Adha. Rizieq juga melarang pengikutnya untuk bersikap sebelum Ijtima Ulama II digelar.

"FPI tetap konsisten mengawal Ijtima Ulama II. Apapun hasilnya, kita ikuti, kita kawal, kita jaga. Tunggu Ijtima Ulama II dan ikuti hasil keputusannya. Saya akan segera kembali ke Indonesia," kata Rizieq.

Pengaruh ulama menentukan

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, masuknya KH Ma'ruf Amin sebagai bakal cawapres mendampingi Jokowi hanya akan meredam isu SARA. Namun, sosok Ma'ruf dinilai tak banyak memberi kontribusi signifikan dalam menambah suara dari kalangan Muslim bagi capres pejawat.

Menurut dia, peran ulama akan sangat menentukan suara pada Pilpres 2019. Nama-nama seperti habib Rizieq Shihab, ustaz Abdul Somad, ustaz Arifin Ilham, ustaz Yusuf Mansur, hingga ustaz Abdullah Gymnastiar (AA Gym), adalah tokoh-tokoh yang bisa memengaruhi suara umat Islam.

"Kita harus liat aktor di luar ormas Islam, seperti Rizieq, AA Gym, Abdul Somad, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Larinya suara tokoh ini akan memengaruhi sentimen," kata dia di Jakarta, Selasa (21/8).

Menurut dia, suara tokoh umat itu akan menjadi salah satu amunisi bagi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun, sampai saat ini suara ulama itu belum jelas akan arah kepada pasangan pejawat atau oposisi.

Pasalnya, kata dia, sebagian ulama merasa kecewa karena Ijtima' GNPF Ulama tidak dipatuhi oleh Prabowo. Meski begitu, Adjie meyakini posisi ulama akan tetap mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga.

"Hanya menunggu momentum. Itu bisa jadi titik balik Prabowo-Sandi dalam pertarungan. Beliau (Rizieq) bisa muncul menjelang Pilres," kata dia.

Menurut dia, sikap tokoh-tokoh umat yang punya pengaruh cukup besar akan berpengaruh terhadap elektabilitas capres. Namun, kata dia, belum tentu juga pundi-pundi elektabilitas itu bisa melampaui perolehan suara Muslim pasangan Jokowi-Ma'ruf saat ini.

"Itu yang harus kita lihat perkembangannya. Jokowi sekarang masih unggul (dalam pemilih Muslim)," ujar dia.

Namun, Adjie mengatakan, efek dukungan dari ulama akan berbeda jika mereka memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf. Pasalnya, sejak awal pendukung ulama keumatan itu sejak awal berseberangan dengan Jokowi.

"Artinya mereka melihat Jokowi sebagai pemimpin tak ramah terhadap Islam, lewat UU Ormas dan kriminalisasi ulama. Kalau kemudian ulama beralih ke Jokowi mungkin efeknya tidak sebesar jika mereka tetap dukung Prabowo," kata dia. [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita