Demokrat Dorong AHY Jadi Cawapres Prabowo, Siap Daftar 10 Agustus

Demokrat Dorong AHY Jadi Cawapres Prabowo, Siap Daftar 10 Agustus

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Gerindra, Demokrat, PAN, dan PKS masih memutar otak untuk mencari sosok cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Beberapa nama muncul mulai dari Ustaz Abdul Somad, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Namun, demi kemenangan di 2019, Demokrat mengusulkan agar nama AHY dipertimbangkan, mengingat saat ini Prabowo lebih membutuhkan dukungan suara dari kalangan milenial atau pemilih pemula.

"Jadi artinya fokusnya adalah pasti mencari figur yang mendampingi Prabowo adalah cawapres yang punya elektabilitas dan memiliki massa yang mejadi keterwakilan dari pemilih terbesar di 2019. Kalau kita lihat, AHY representasi generasi milenial yang jumlahnya 52 persen atau 100 juta orang. Dan dari survei elektabilitas AHY tertinggi dibanding figur lainnya," kata Wasekjen DPP Demokrat Putu Supadma kepada kumparan, Jumat (3/8).

Namun, Putu menjelaskan, kendala AHY hanya pada usia yang menjadi syarat pencalonan. Usia AHY sebelum tanggal 10 Agustus masih berusia 39 tahun. Padahal, dalama ketentuan UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal 169 tentang persyaratan calon presiden dan calon wakil presiden menjelaskan setidaknya ada 20 syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi capres-cawapres. Huruf (q) menyebut syarat usia.

"Jadi artinya kalau ditawarkan ke Mas AHY hari ini pun, beliau pasti tidak berkenan karena belum 40 tahun," ungkapnya.

Berusia paling rendah 40 tahun

- Pasal 169, huruf (q), UU Pemilu -

Selain itu, Putu menilai masuknya Demokrat dalam koalisi sangat menguntungkan Prabowo. Karena, pada saat Pilpres 2014 silam, salah satu faktor yang membuat Prabowo kalah melawan Jokowi disebabkan posisi SBY dan Demokrat yang abstain.

"Demokrat menguntungkan Prabowo sekali. Beliau (Prabowo) dapat SBY, AHY yang milenial dan sekaligus jaringan partai yang kuat," kata anggota DPR ini.


Dengan demikian, jalan keluar dari alotnya pembahasan cawapres Prabowo mau tidak mau harus melibatkan SBY sebagai mantan presiden yang pernah memerintah selama dua periode.

"Koalisi ini harus mendengar kata-kata Pak SBY yang memang paling senior, paling mengerti pertarungan politik untuk pilpres dan ini tidak dimiliki kubu lainnya," pungkasnya. [kumparan]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita