Beberkan Ciri-ciri Cawapres Jokowi, Siapa yang Rommy Maksud?

Beberkan Ciri-ciri Cawapres Jokowi, Siapa yang Rommy Maksud?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum PPP Romahurmuziy melempar petunjuk berupa ciri-ciri sosok yang bakal menjadi cawapres Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Rommy sapaan akrab Romahurmuziy melempar sinyal tersebut lewat akun Twitter miliknya @MRomahurmuziy.

"Dia juga mewakili warna religius ormas Islam terbesar di Indonesia serta sudah malang melintang dalam aneka jabatan publik sejak reformasi. Dan pasti, seperti sudah saya tegaskan tidak akan keluar dari 10 nama yang pernah saya sampaikan Juli lalu. Siapa hayo... selamat menebak," tulis Rommy lewat akun Twitter-nya, Rabu (8/8).

Dari sepuluh cawapres yang dimaksud anggota Komisi XI DPR ini adalah, ada nama Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin, mantan Menteri Perekonomian Chairul Tandjung, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Ketua Umum PKB Muh‎aimin Iskandar

Selain itu ada juga nama Kepala Staf Presiden Moeldoko, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta namanya sendiri.

Dari ciri-ciri yang disampaikan Rommy, yakni sosok tersebut mewakili ormas Islam terbesar di Indonesia, maka boleh diduga cawapres Jokowi adalah satu di antara ‎Ma'ruf Amin, Din Syamsuddin dan Mahfud MD.

Sementara itu, pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan ada risiko besar bila Jokowi mengambil cawapresnya dari partai politik pendukungnya. Oleh sebab itu, menurutnya, mengambil tokoh netral adalah solusi terbaik.

Nah, merujuk tanda-tanda yang dilempar Rommy ada tiga tokoh, yakni Maruf Amin, Din Syamsuddin dan Mahfud MD. Dilihat dari daftar nama cawapres yang sudah beredar, tiga tokoh tersebut yang paling mendekati kriteria Jokowi mengambil dari kalangan santri dan ulama.

"Jika kriterianya diarahkan pada figur ulama murni, maka nama Kiai Ma'ruf dan nama Pak Din sepertinya pantas dipertimbangkan oleh Jokowi," ujar Said kepada JawaPos.com, Rabu (8/8).

Figur Ma'ruf Amin cukup menonjol di kalangan pemilih muslim. Dia sering dijadikan sebagai rujukan oleh para ulama. Dia pimpinan MUI yang menaungi berbagai ormas Islam, sekaligus petinggi di ormas Nahdlatul Ulama (NU).

Sementara Din Syamsuddin juga punya latar belakang yang mirip dengan Ma'ruf. Dia pernah memimpin MUI, juga pernah memimpin ormas Muhammadiyah.

"Sedikit kelebihan Pak Din dibandingkan Kiai Ma'ruf mungkin karena dia juga dikenal sebagai seorang intelektual dan berasal dari luar Pulau Jawa," katanya.

Jika kriterianya diarahkan pada kombinasi ulama dan ahli hukum, maka nama Mahfud bisa menjadi pilihan Jokowi. Banyak orang lebih mengenal Mahfud sebagai pakar hukum tata negara, sebab Mahfud pernah menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi.

Mahfud juga dikenal sebagai pendakwah sekaligus pemikir Islam. Pasalnya Mahfud pernah menjadi Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), meski sudah sangat lama.

Namun ada sedikit kekurangan dari Mahfud MD, kata Said, yakni dia pernah menjadi lawan politik Jokowi di Pilpres 2014. Mahfud saat itu menjadi tim kampanye Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

‎"Mahfud justru pernah menjadi lawan Jokowi ketika menjabat sebagai Ketua Tim Kampanye Prabowo - Hatta Rajasa di Pilpres 2014," tuturnya.

‎Terpisah, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan, meski menggandeng ulama atau tokoh agama, Jokowi belum tentu bisa memenangkan Pilpres 2019.

Ujang mengatakan, tidak ada jaminan menang meski petahana mengusung ulama sebagai cawapres. Hal ini merujuk pada Pemilu 2004, saat Megawati Soekarnoputri bepasangan dengan Hasyim Muzadi dari tokoh NU. Kemudian Wiranto yang menggandeng Salahudin Wahid yang berasal dari kalangan NU.

Pada kenyataannya, justru pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) keluar sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2004.

"Jadi, bisa saja cerita masa lalu ini kembali, tergantung tingkat kesukaan masyarakat," katanya.

Selain itu, ada risiko juga bila memilih Ma’ruf Amin dan Din Syamsuddin sebagai cawapres. Misalnya potensi terjadinya konflik.

Pasalnya, saat menjadi cawapres nanti akan banyak serangan politik yang dilakukan oleh oknum. Segala mancam serangan itu bakal dilakukan supaya Jokowi kalah di Pilpres.

Menurut Ujang, latar belakang keduanya yang berasal dari ormas Islam besar pun tidak selalu menguntungkan. Dia memprediksi, serangan politik bisa membuat warga Nahdliyin dan Muhammadiyah marah. Sehingga sangat besar kemungkinannya terjadi konflik.

"‎Jadi, ketika dikritik orang, maka pendukungnya bakal protes besar," pungkasnya. [jpc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA