Rezim Jokowi Dianggap Kerap Memenjarakan Ulama, TGB Komentar Begini

Rezim Jokowi Dianggap Kerap Memenjarakan Ulama, TGB Komentar Begini

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Keputusan Gubernur NTB, Tuan Guru Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) untuk mendukung Jokowi dua periode menimbulkan beragam respon dari banyak pihak.

Terlebih TGB sebelumnya merupakan pendukung Prabowo Subianto dalam ajang Pemilihan Presiden 2014 silam.

Meski keputusannya ini dianggap penuh risiko, tapi TGB tetap mantap untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019 nanti.

Dalam wawancara yang dilakukan TGB dengan jurnalis Kompas TV, Aiman di acara Kompas Petang, TGB menyampaikan kemantapannya mendukung Jokowi.

Di acara itu pula, TGB ditanya tanggapannya mengenai adanya tanggapan kalau pemerintahan Jokowi dianggap rezim yang kerap memenjarakan ulama.

"Ada anggapan pemerintahan Jokowi rezim yang kerap memenjarakan ulama. Anda sosok ulama, anda bersebrangan dengan hal itu atau setuju?" tanya Aiman kepada TGB.

TGB pun menjawab kalau anggapan tersebut harus melalui proses klarifikasi atau tabayyun.

"Menurut saya perlu di tabayyun. dalam arti ada memang beberapa perasaan, katakanlah situasi kebatinan dari sebagia besar umat yang merasa bahwa pengakan hukum tidak sepenuhnya lurus 100 persen dan belum maksimal, terutama yang menyangkut isu keumatan. Atau ada penjelasan yang tidak lengkap terhadap beberapa kasus yang terkait dengan simbol-simbol atau tokoh-tokoh umat," ucapnya.

TGB pun kembali menegaskan kalau ia tidak setuju dengan anggapan tersebut.

Karena menurutnya, secara objektif ia menyaksikan semua majelis-majelis dan aktivitas keislaman di wilayah NTB, dan umumnya di Indonesia ini berjalan dengan baik.

"Ada satu atau dua masalah yang dikaitkan dengan hukum positif. Ada delik aduan, penghinaan dan pencemaran nama baik, atau lain-lain. Menurut saya harus diselesikan dengan hukum secara seobjektif mungkin," terangnya.

"Dan mungkin , ketika ada anggapan ko kalau proses meyangkut 1 tokoh islam ko cepet diporses, kalau yang lain ko lambat, mungkin itu yang kemudian menimbulkan persepsi bahwa ini ada sesuatu yang kurang adil," tambahnya.

Ia menunturkan, bila di posisi itu, TGB justru menyerukan untuk mengajak kepada hukum, memastikan bahwa proses penegakan hukum bisa berjalan dengan adil dan seobjektif mungkin.

Sementara itu, ketika ditanya soal dukungan terhadap Jokowi yang dianggap penuh risiko kehilangan banyak teman, TGB menjawab santai dan seolah tak ada beban.

"itu risiko dan ada saat kita harus bersuaram dan suara yang berdasarkan pada akal sehat dan prinsip-prinsip agama yang saya teguh. Istilah ditinggalkan kawan saya pikir tidak. Siapa tahu di luar itu ada perjumpaan-perjumpaan dan akan selalu ada perjumpaan dengan teman-teman. Pandangan boleh berbeda tapi silaturahim harus dijaga," ucap TGB.



Alasan Dukung Jokowi

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menegaskan apabila omongannya itu adalah pernyataan pribadi dan tidak mewakili pihak atau partai manapun. TGB menyatakan jika apa yang ia sampaikan adalah semata-mata untuk kepentingan dan kemaslahatan warga Nusa Tenggara Barat.

TGB mengaku, keputusan itu ia ambil setelah 4 tahun ia melihat adanya pecah belah umat, terutama pasca Pemilihan Umum Kepala Daerah.

"Keputusan ini saya ambil setelah empat tahun saya melihat, menilai dan juga pasca pemilukada serentak kemarin terutama. Saya melihat di beberapa daerah, pembelahan itu sudah begitu terasa. Jadi pembelahan antar umat ini luar biasa. Satu mengklaim dialah aspirasi umat dan yang lain bukan umat dan bahkan dengan narasi-narasi dan wacana yang merusak persaudaraan kita," ungkapTGB.

"Jadi pasca Pemilukada saya melihat wacana-wacana dan orasi yang dikembangkan, dan bahkan itu semakin mengkhawatirkan. Mengutip ayat-ayat perang seakan-akan 2019 itu kita akan perang kurusetra antara Pandawa dan Kurawa. Pilihan saya sebagai anak bangsa adalah diam atau bersuara, dan saya memilih untuk bersuara. Ini tidak ada kaitannya dengan jabatan apa-apa," tambahnya.

Ia kemudian menegaskan jika itu adalah sikap pribadi.

Komentar TGB terkait Daftar Capres Rekomendasi PA 212

Selain memberikan klarifikasi soal dukungannya untuk Jokowi, TGB juga menjawab pertanyaan mengenai dicoretnya nama dirinya dari daftar rekomendasi capres Persaudaraan Alumni (PA) 212.

"Itu haknya beliau, ya kita tetap bisa ngaji di sini, tetap bisa silahturahmi dengan Anda semua, insyaallah kita bisa makan 3 kali sehari, kalau puasa ya buka dan sahur, tidak perlu dipersulit ya hal-hal yang bertolak dari prinsip. Dan sekali lagi, saya ini dulu pernah tinggal di Mesir 7 tahun, saya punya banyak informasi dan pengetahuan dari bacaan, dari apa yang saya lihat, tentang bagaimana sebuah bangsa sudah mulai terpolarisasi. Dan salah satu yang sering digunakan untuk polarisasi adalah sentimen keagamaan."

"Di Indonesia tidak boleh digunakan sentimen keagamaan itu mempolarisasi kita. Kalau ada sentimen keagamaan arahkan dia untuk memperkuat Indonesia. Artinya apa? Ya kita sebagai umat yuk kontribusi untuk Indonesia, dimana kita bisa bekerja berbuat yang terbaik," ungkap TGB.

Diberitakan sebelumnya, dalam Rakornas PA 212 pada Selasa (29/5/2018) di Cibubur, Jakarta Timur, TGB masuk sebagai kandidat capres yang bakal didukung oleh PA 212.

Ada empat nama lain di samping TGB, yakni Rizieq Shihab, Prbaowo Subianto, Yusril Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan.

Sementara itu, sebagai pendamping, sejumlah nama tokoh pun direkomendasikan.

Berikut daftar sejumlah tokoh yang direkomendasikan sebagai pendamping.

1. Anies Baswedan

2. Ahmad Heriyawan

3. Hidayat Nur Wahid

4. Anis Matta

5. Eggi Sudjana

6. Yusril Ihza Mahendra

Dikutip dari Tribun Jakarta, Ketua Umum PA 212 Slamet Ma'arif mengatakan jika pihaknya mengajak seluruh umat Islam di Indonesia menyepakati kriteria capres dan cawapres yang mereka sebutkan.

"Kami para peserta Rakornas PA 212 mengajak seluruh umat Islam di Indonesia dan segenap anak bangsa untuk menyepakati capres dan cawapres yang pertama, memahami sejarah bangsa, ideologi negaranya, bekerja keras untuk rakyatnya bukan untuk kepentingan asing," ujar Slamet.

Dukungan TGB untuk Jokowi dan isu pencoretan namanya dari daftar capres oleh PA 212 pun ramai diperbincangkan publik, hingga menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #PA212 pada Kamis (5/7/2018) siang. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita