Terkuak Pesan Tersembunyi Teror Bom Bunuh Diri yang Gunakan Wanita dan Anak-anak

Terkuak Pesan Tersembunyi Teror Bom Bunuh Diri yang Gunakan Wanita dan Anak-anak

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Aksi Pemboman yang terjadi berturut-turut dalam waktu 24 jam menggegerkan masyarakat Indonesia, Minggu (13/5/2018).

Ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.

Pelaku pengemboman di tiga gereja yang ada di Surabaya, Jawa Timur adalah berasal dari satu keluarga.

Dalam aksi pemboman tersebut melibatkan seorang wanita dan empat orang anak.

Selang beberapa saat, ledakan bom terjadi di sebuah rusun di Sidoarjo.

Sama halnya seperti di Surabaya, ledakan di Sidoarjo juga dilakukan oleh satu keluarga.

Seorang terosis bernama Anton beserta istri dan seroang anaknya tewas di lokasi kejadian.

Namun tiga anak pelaku yang lain selamat dan telah dievakuasi ke rumah sakit.

Terbaru, ledakan bom kembali terjadi di di Jawa Timur.



Bom meledak di Polrestabes Surabaya pada Senin, (14/5/2018) pagi.

Dari rekaman CCTV tampak seorang pelaku mengendarai sepeda motor memboncengkan seorang wanita dan seorang anak perempuan.

Dilansir dari Banjarmasinpost, belakangan diketahui aksi pelaku bom yang melibatkan wanita dan anak anak memiliki tujuan khusus.

Hal tersebut diungkapkan Sofyan Tsauri, mantan teroris yang mengungkapkan aksi teroris ini baru di Indonesia.

Aksi teroris dengan melibatkan wanita dan anak-anak sudah biasa terjadi di Georgia utara, Irak, Iran.

Pelaku adalah janda-janda yang suaminya terbunuh, bahkan ada yang jadi otak penyerangan.

Dilansir tayangan live Metro TV, pelaku wanita dan anak bisa jadi pesan untuk para pria, agar bisa lebih giat lakukan perlawanan.

"Pesannya jelas, wanita saja bisa. Ini provokasi, agar para pria bisa lebih giat lakukan perlawanan pada pemerintah atau target".

Dijelaskan Sofyan, pelaku juga merupakan korban ideologi atau pemahaman yang salah.

Apa yang dilakukan saat ini, dianggapnya sebagai jihad.

Oleh sebab itu, menurutnya tugas pemerintah seharusnya diprioritaskan pada pengubahan ideologi atau mindset.

"Ideologi harus diclearkan, melalui beberapa kali terapi", ujar mantan tahanan teroris ini.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita