
www.gelora.co - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjanji akan melahirkan seorang pemimpin baru. Meski dalam pidatonya tersebut, dia tidak menyebutkan nama calon pemimpin yang dimaksud.
Pengamat politik Director Survey dan Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara menilai ucapan SBY itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Dia melihat adanya persoalan krusial yang mendera bangsa Indonesia saat ini.
"Yaitu lesunya perekonomian Indonesia yang ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat, minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan juga harga barang kebutuhan pokok. Kemiskinan masih menjadi PR besar bagi pemerintahan sekarang," kata Igor, Rabu (25/4).
Dia menambahkan, terlebih setelah adanya Perpres Tenaga Kerja Asing serta anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika.
"Masyarakat sudah bisa membandingkan, dan merasakan kinerja kepemimpinan nasional. Munculnya polemik isu-isu penting seperti penegakan HAM, pemberantasan korupsi (kasus Novel Baswedan), impor beras, garam dan lain-lain, menambah catatan negatif pemerintah. Jelas ada problem keselarasan antara janji dan realitas," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, ucapan SBY memang berpotensi menjadi kenyataan. Ada indikasi bahwa publik ingin pemerintahan baru yang dapat mengatasi persoalan lambannya pertumbuhan ekonomi.
"Walaupun dikatakan 70 persen masyarakat puas dengan kinerja pemerintahan saat ini, namun ada segmen-segmen tertentu di masyarakat yang tidak mau memilih lagi pemimpin yang sekarang. Munculnya gerakan #2019GantiPresiden bisa dijadikan preseden ke arah perubahan kepemimpinan nasional, dengan persentase 50:50. Dengan kata lain, 50 persen incumbent bisa bertahan dan 50 persen juga bisa dikalahkan," katanya. [mdk]