Pemerintah Akan Datangkan 200 Dosen Asing Dikecam

Pemerintah Akan Datangkan 200 Dosen Asing Dikecam

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Muhammad Nasir (kanan)

www.gelora.co - Pengamat pendidikan dari Universitas Al Azhar Prof Suparji Ahmad mengatakan, kebijakan Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir yang akan mengmpor 200 dosen asing harus ditinjau ulang. Karena mengimpor ratusan dosen asing tidak ada urgensinya untuk kampus-kampus yang ada di Indonesia. Apalagi saat ini jumlah dosen di Indonesia juga berlimpah dan kualitasnya juga tidak diragukan.

"Tidak ada urgensinya dalam konteks penyelenggaraan pendidikan tinggi Indonesia dengan mendatangkan ratusan dosen dari luar negeri," ujar Suparji kepada Harian Terbit, Rabu (11/4/2018).

Suparji menuturkan, untuk memperbaiki kualitas pendidikan tidak perlu mendatangkan ratusan dosen dari luar negeri. Cukup dengan optimalisasi dosen dalam negeri maka ribuan dosen Indonesia juga meningkat kualitasnya.

Menurutnya, mendatangkan ratusan dosen dari luar negeri juga tidak bisa menjamin dosen asing akan memahami karakteristik pendidikan di Indonesia yang mengutamakan budaya dan adat ketimuran.   "Jika dari asing maka aspek kognitif dan psikomotorik yang ditonjolkan.sedangkan aspek afeksi akan diabaikan," paparnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional (Unas) Ismail Rumadan mengatakan, dosen Indonesia juga tidak kalah kualitasnya dengan dosen luar negeri.  Perbedaannya hanya pada sisi pemberian jaminan fasilitas dan kesejateraan saja dari pemerintah. Dengan negara Malaysia saja untuk guru besar digaji Rp 70-an juta sementara di Indonesia jauh dari standar kelayakan sebagai seorang guru besar.

Oleh karena itu jangan sampai kebijakan mendatangkan dosen dari luar negeri menciptakan kecemburuan dan diskriminatif bagi dosen di dalam negeri dari sisi pemberian jaminan kesejahteraan.

"Saya sebagai pengurus pusat Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia (APPTHI) menolak dengan tegas mendatangkan dosen dari luar negeri. Karena kebijakan tersebut bisa  menghambat pengembangan sumber daya dosen dalam negeri sendiri dan terkesan kita sebagai bangsa yang besar tidak punya kemampuan dan kemandirian untuk mengurus bangsa sendiri," tegasnya 

Diberitakan, Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) Mohamad Nasir mengatakan, Indonesia memerlukan 200 tenaga dosen asing agar masuk reputasi dunia di bidang pendidikan. Oleh karenanya pemerintah akan mengimpor tenaga pengajar untuk perguruan tinggi di Tanah Air. 

"Salah satu indikator pengukurannya (reputasi dunia) adalah staff mobility. Staff mobility ini adalah dosen asing masuk ke Indonesia," kata Nasir di Gedung Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Menurutnya, Indonesia memang memerlukan banyak dosen asing untuk mengajar karena jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai 4500 perguruan. "Kalau kita seribu (dosen asing ke Indonesia) saja, masih sangat kurang," tambahnya.

Saat ini total dosen asing yang tercatat mengajar pada perguruan tinggi di Indonesia baru sekitar 30 orang. Meski membutuhkan lebih dari 1.000 orang, Kemenristekdikti hanya bisa menganggarkan untuk kebutuhan 200 dosen asing tahun ini.

Bidang dosen asing yang dikonsentrasikan untuk didatangkan oleh Kemenristek Dikti tahun ini yaitu sains dan teknologi. Kedua bidang tersebut dirasa perlu, karena perguruan-perguruan tinggi Indonesia banyak mencontoh riset-riset kedua bidang itu dari luar negeri, seperti Finlandia dan Jerman.

"Banyak bidang (turunannya), engineering, pertanian, bidang kesehatan, bidang perikanan dan kelautan," tambah Nasir.  [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita