Ketum PPP Sebut Awal Mula Jokowi dicap Pro Komunis Akibat Tabloid Obor Rakyat

Ketum PPP Sebut Awal Mula Jokowi dicap Pro Komunis Akibat Tabloid Obor Rakyat

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy bercerita awal mula Presiden Joko Widodo (Jokowi) dicap pro komunis. Opini tersebut dikembangkan pertama kali lewat tabloid Obor Rakyat pada Pemilu Presiden 2014 lalu.

Cerita itu disampaikan ketika bersilaturahmi ke kediaman Ketua Utama Alkhairaat Habib Sayyid Saggaf Muhammad Aljufri. Romi, sapaan akrabnya, menyampaikan pendukung Prabowo Subianto membuat tabloid Obor Rakyat dengan edisi pertama berisi materi yang menyebut Jokowi adalah keturunan Tionghoa dan aktivis PKI.

Romi yang saat itu menjadi Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Prabowo-Hatta diminta mengoreksi materi tersebut. Romi menolak materi edisi pertama Obor Rakyat itu karena mengandung fitnah.

"Bahkan edisi pertama Obor Rakyat itu yang diminta mengkoreksi adalah saya. Karenanya saya bisa cerita apa adanya. Ini bukan hoaks, ini fakta. Tapi saat diminta mengkoreksi edisi pertama Obor Rakyat saya menolak," kata Romi di Munas Alim Ulama PPP di Hotel Patrajasa, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (13/4).

Romi mengungkapkan, pembuat Obor Rakyat itu tidak terkait atau berada dalam struktur tim pemenangan Prabowo-Hatta. Oknum pembuat Obor Rakyat hanya pendukung fanatik dari Prabowo.

Dia menyebut, tim pemenangan Prabowo-Hatta saat itu terdiri dari dua kubu. Yakni, kubu yang menyampaikan pikiran-pikiran produktif, dan kubu menyampaikan pikiran-pikiran provokatif. Pembuat Obor Rakyat adalah salah satu kelompok yang provokatif itu.

"Tentu dalam pemenangan Pak Prabowo waktu itu banyak faksi. Ada yang resmi ada yang tidak resmi," terangnya.

Saat itu, Romi mengingatkan edisi pertama tabloid Obor Rakyat yang mengaitkan Jokowi dengan PKI itu berpotensi melanggar hukum. Apalagi, jika Prabowo kalah dalam pertarungan melawan Jokowi di Pilpres.

"Kalau nanti prabowo enggak menang kita bakal dapat masalah. Kalau menang bisa jadi dengan kekuasaan bisa ditutup hukumnya. Tetapi kalau kalah bisa celaka kita," ungkap Romi.

Tabloid itu, kata Romi, akhirnya diproduksi 1 juta eksemplar dikirim ke 28.000 pesantren serta ke 724.000 masjid seluruh Indonesia. Masyarakat tidak tahu dan termakan fitnah yang dibuat Obor Rakyat.

Di tahun politik saat ini, Romi mengaku kembali ditanya oleh para kader soal alasan PPP mengusung Jokowi padahal kerap disebut mesra dengan PKI. Romi menegaskan isu tersebut adalah fitnah dan rekayasa.

"Saya katakan dan saya tegaskan bawah urusan pro komunis itu adalah betul-betul sebuah fitnah dan hoaks," tegasnya.

Sebab, Romi mengklaim telah sejak lama mengenal Jokowi. Isu pro PKI itu tidak pernah muncul saat Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo selama dua periode. Bahkan, isu itu tidak juga muncul pada saat Jokowi maju di Pilgub Jakarta pada 2012 lalu.

"Mengapa? Karena ketika Pak Jokowi diusung jadi Wali Kota Solo dua periode, tidak pernah ada isu demikian. Bahkan partai yang sama juga mengusung Pak Jokowi pada Pilgub 2012 tidak muncul isu demikian," klaimnya.

Romi menambahkan, PPP saat ini menginginkan kontestasi Pilpres yang akan datang bebas dari ujaran kebencian dan fitnah antar kubu pendukung calon presiden.

"Bertarunglah secara bermartabat dan beradab. Karena sesungguhnya kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu memimpin bangsa ini tanpa caci maki dan hinaan. Kita membutuhkan pemimpin yang berjiwa besar dan berhati lapang," ujarnya. [mdk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA