Kenapa Pendukung Jokowi Senang Prabowo Nyapres, Mungkin Dianggap Bukan Pesaing Yang Kuat

Kenapa Pendukung Jokowi Senang Prabowo Nyapres, Mungkin Dianggap Bukan Pesaing Yang Kuat

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Sangat wajar dan lumrah kalau orang-orang Gerindra senang Prabowo nyapres. Yang jadi pertanyaan, kenapa para pendukung Jokowi juga ikut senang. Ada yang memprediksi, mungkin karena Prabowo dianggap bukan pesaing yang kuat, sehingga para pendukung Jokowi yakin jagoannya itu akan kembali mengalahkan Prabowo.

Ketum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) salah satu pimpinan parpol pendukung pemerintah yang senang Prabowo nyapres. "Bagus kalau begitu, bagus banget karena memang Pak Prabowo sudah sekian lama koar-koar. Kalau tidak mencalonkan diri, apa gunanya selama ini dia berkoar-koar. Dan ini membuktikan dia konsisten dengan perjuangannya," kata OSO di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. 

Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko juga ikut mengapresiasi Prabowo nyapres, sehingga Jokowi yang dijagokannya akan punya lawan untuk berkompetisi. "Kalau ada sparring partner-nya, kan enak," ujar Moeldoko, kemarin. 

Apakah senang karena Prabowo lawan yang mudah bagi Jokowi? Moeldoko tak ingin berspekulasi. Tapi, menurut dia, Jokowi sudah siap menghadapi pilpres dan sudah mengkalkulasi daerah-daerah yang akan jadi basis suaranya. 

Politikus PDIP Masinton Pasaribu juga riang gembira. Dia bilang, dengan majunya Prabowo, maka pilpres nanti tak akan ada capres tunggal. 

Terkait Jokowi paling unggul dibanding Prabowo, politisi PDIP Arteria Dahlan mengamininya. Kata dia, PDIP optimis Jokowi menang di pilpres. Hal itu tergambar dari berbagai survei yang selalu menyebut elektabilitas Jokowi selalu lebih tinggi dari Prabowo. 

Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) pun menyebut pencapresan Prabowo kabar gembira. Kenapa begitu? Karena peta politik di pilpres nanti makin jelas: Jokowi versus Prabowo. Dengan begitu, lanjut Bamsoet, semua pihak bisa memetakan bagaimana arah politik ke depannya. "Sekarang sudah jelas kan calonnya siapa, dan bagaimana yang diperkirakan, hanya ada dua kandidat, dua kubu yang akan bertarung di 2019," tutur politikus Golkar tersebut. 

Sementara dengan siapa nanti Prabowo berkoalisi, Bamsoet meyakini PKS yang akan merapat. "Sekarang tinggal lihat apakah nanti Demokrat ke Prabowo atau ke Pak Jokowi. Kalau PAN kan sudah lama jadi koalisi pemerintah," tutup Bamsoet. 

Politikus Nasdem Akbar Faizal mengaku sejak awal Nasdem memang berharap Prabowo yang akan kembali menjadi lawan Jokowi. Kata dia, pencapresan Prabowo menandakan proses demokrasi makin matang. "Saya secara pribadi menilai Prabowo sosok elegan yang memikirkan banyak hal dalam mengambil keputusan," kata Akbar, kemarin. 

Akbar memprediksi, Gerindra akan berkoalisi dengan PKS dan PAN. Kemungkinan juga ditambah dengan Demokrat. Bagaimana hasil akhirnya? Dia bilang, poros Jokowi optimis dapat mengalahkan Prabowo lagi. "Jokowi akan sanggup menyaingi dan kami tentu berharap menang, apalagi kamiincumbent," ujar Akbar. 

Kenapa poros Jokowi senang dengan pencapresan Prabowo? Pengamat politik Prof Nanat Fatah Natsir menilai wajar. Menurut dia, ada beberapa alasan kubu Jokowi begitu percaya diri. Di antaranya, Jokowi diusung banyak partai. Enam partai lama dan dua partai baru. Alasan lain kubu Jokowi tentu beranggapan punya kekuatan lebih sebagai petahana, sehingga akan dengan mudah mengalahkan Prabowo. 

Hanya saja, dia mengingatkan, berbagai penelitian menyimpulkan, banyaknya partai pengusung tidak terlalu menentukan dalam pemilu langsung. Karena yang dinilai pemilih bukan partai. Tapi figur. Nanat mencontohkan Pilkada DKI 2012 dan 2017. Pada 2012 Jokowi-Ahok diusung hanya dua partai, PDIP-Gerindra. Begitu juga Anies-Sandi yang diusung Gerindra-PKS. Termasuk survei-survei menyebut Anies-Sandi kalah telak. Hasil penelitian diketahui, yang bisa menentukan itu adalah figur calon. Bukan banyaknya partai pengusung. 

Kenapa begitu? Nanat menjelaskan, pemilih itu begitu cair. Tidak rasional. Lebih banyak massa mengambang. Artinya tidak terikat dengan sikap partai. Pemilih bisa lari ke sana-ke mari. "Sehingga banyaknya partai pendukung tidak menjamin akan menang, begitu juga sebaliknya. Pengusung sedikit, tidak jaminan akan kalah," kata Nanat, saat dikontak, tadi malam. 

Bagaimana peta pertarungan pilpres nanti? Dia menyebut masih sangat ketat. Dia menilai, hasil lembaga survei sekarang ini tidak menunjukkan realita pemilih. Karena kebanyakan sample diambil dari warga perkotaan. Sementara banyak pemilih tersebar di desa. Karena itu, kata dia, siapa yang bisa meyakinkan masyarakat, tampil memberi solusi masalah saat ini yang akan menjadi penenang. 

"Siapa capres yang bisa mencarikan solusi kenaikan bahan-bahan pokok, pengangguran, yang akan dipertimbangkan oleh rakyat," ujarnya. [rmol]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA