Menghina Allah, Aktivis Ini Dilarang Masuk Inggris Seumur Hidup

Menghina Allah, Aktivis Ini Dilarang Masuk Inggris Seumur Hidup

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Aktivis muda asal Kanada, Lauren Southern, dilarang masuk Inggris seumur hidup karena menyebarkan materi kampanye bersifat rasis, yakni menghina Allah. Aktivis kelompok sayap kanan ini menyebar pamflet rasis dengan tulisan “Allah is a gay God” dan “Allah is trans”.

Southern awalnya diselidiki di bawah Undang-Undang Terorisme. Namun, dia kini resmi dilarang memasuki Inggris seumur hidup per 12 Maret 2018.

Aksi aktivis 22 tahun itu direkam kamera saat membagikan pamflet rasis. Tindakannya berlangsung di Luton awal tahun ini.

Pihak Southern berdalih aksinya hanya “eksperimen sosial”. Namun, polisi Inggris bertindak cepat setelah mendapat banyak keluhan dari penduduk setempat.

Dalam sebuah video yang dikirim oleh Southern, polisi yang menontonnya mengatakan bahwa proyek “Allah is a gay God” dapat menyebabkan kekerasan. Polisi mengancam akan menangkap aktivis Kanada itu jika tidak menghentikan aksinya dengan tuduhan melanggar ketertiban umum.

Video kampanye rasis ini telah diunggah pihak Southern di YouTube.

Dia tidak ditangkap pada saat beraksi di Luton. Namun, dia dilarang memasuki Inggris per 13 Maret 2019. Dasar hukum larangan itu adalah Undang-Undang Terorisme.

Larangan itu tak membuatnya kapok. Dia merencanakan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh sayap kanan lainnya, seperti Brittany Pettibone asal Amerika Serikat dan pendiri Generation Identity dari Austria, Martin Sellner, yang juga ditolak masuk ke Inggris. 

Mereka bertiga kini berencana menuntut Inggris atas penolakan tersebut. Dalam sebuah video yang diposting ke YouTube pada tanggal 17 Maret, Sellner mengumumkan kepada dunia soal rencana mereka menuntut pemerintah Inggris.

“Mengapa  hak-hak Muslim untuk menjadi homophobic mengalahkan hak-hak orang gay untuk memiliki ekspresi diri mereka?, tanya Southhern yang berbicara di YouTube.

Dia lantas menyampaikan pesan untuk pemerintah Kerajaan Inggris.”Negara ini perlu memiliki percakapan tentang hal ini sebelum mereka tidak lagi dapat melakukan percakapan sama sekali,” katanya, yang dikutip dari Russia Today, Selasa (27/3/2018). (sn)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita