Ucapan Trump yang Mengklaim Yerusalem Ibu Kota Israel Untungkan Indonesia

Ucapan Trump yang Mengklaim Yerusalem Ibu Kota Israel Untungkan Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, ada dampak positif bagi umat beragama di Indonesia imbas pengakuan sepihak Amerika Serikat atas Yerusalem, Palestina sebagai Ibu Kota Israel menggantikan Tel Aviv.

Menurutnya, pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden AS itu justru membangun kembali solidaritas umat Islam di Indonesia. “Kalau selama ini kita beda-beda dalam beberapa hal, tapi soal Palestina ini sama. Bahkan tidak hanya umat Islam saja, tapi juga dengan umat Kristen,” ujar Mu’ti dalam diskusi ‘Kotak Pandora Itu Bernama Yerusalem’ di Jakarta, Sabtu (9/12).

Ia menambahkan, selama ini umat Islam di Indonesia cenderung terlena dengan berbagai perbedaan pandangan terhadap suatu masalah. “Kita umat Islam dibawa pada situasi yang konfrontatif terus menerus di dalam negeri. Belum selesai 212 dan reuninya, kemudian isu-isu keagamaan, lalu isu Trump mengambil sikap politik yang kontroversial,” ucap dia.

Apalagi, selama ini di Indonesia politik itu selalu dikait-kaitkan dengan isu agama. Karenanya meski soal Palestina-Israel murni politik, namun diakui dimensi agama juga sangat kuat.

“Walaupun tidak dikatakan eksplisit, tapi di dalam diri Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), di alam bawah sadarnya ingin balik ke tanah yang dijanjikan. Ketika mereka terusir, ini saat yang tepat mereka kembali ke tanah yang dijanjikan,” ujar Mu’ti.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12) waktu setempat. Menurut Trump, Israel adalah negara yang berdaulat dengan hak seperti setiap negara berdaulat lainnya untuk menentukan ibu kotanya sendiri.

Pemerintah AS juga memulai memproses perpindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Aksi ini merupakan salah satu pemenuhan janji kampanyenya kepada para pemilihnya.

Hal yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Direktur Pusat Kajian Timor Tengah UIN Jakarta, Badrus Sholeh. Menurutnya, isu Yerusalem harus dijauhkan dari sentimen agama lantaran kota tersebut merupakan tempat suci bagi tiga agama, Islam, Kristiani dan Yahudi.

“Saya beberapa kali dialog dengan anggota parlemen Palestina, dan mereka bukan muslim. Mereka menyatakan bahwa Palestina bukan negara yg berdiri berdasar agama, tapi nasional mereka,” jelas Badrus kepada Aktual.

Tanpa adanya sentimen agama, Palestina disebutnya dapat menghimpun lebih banyak dukungan dari dunia internasional. Sebab, ia menduga bahwa negara Arab ataupun negara yang tergabung dalam Organisasi Konfederasi Islam (OKI) cenderung lembek sikapnya terhadap pernyataan Trump.

Bahkan organisasi multilateral sekelas PBB saja disebut Badrus tidak akan berbuat banyak terkait polemik Yerusalem. Satu-satunya potensi dukungan yang berpengaruh hanyalah dari Uni Eropa.

“Saya kira uni Eropa menjadi satu-satunya organisasi yang bisa mengimbangi Amerika. Sejak Trump terpilih, Jerman dan Prancis sudah menyatakan kepemimpinan Amerika diragukan oleh dunia internasional,” jelas dosen Fisip UIN Jakarta ini.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa polemik Yerusalem seharusnya membuka ruang bagi Indonesia untuk tampil sebagai penengah dan negara muslim berpengaruh di dunia internasional.

Indonesia dinilainya berpeluang menjadi penengah lantaran merupakan negara muslim terbesar di dunia, sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar. Selain itu, Indonesia pun disebutnya dapat mempengaruhi negara-negara non muslim di dunia internasional untuk mendukung Palestina.

“kita tidak hanya membawa agama (Islam) di tingkat internasional. Tapi kita membawa keberagaman agama dan kita juga membawa misi kemanusiaan karena kemerdekaan adalah hak dari segala bangsa,” tutupnya.[akt]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita