Gerindra: Salam Metal, Hak Politik Bupati Purbalingga Harus Dicabut

Gerindra: Salam Metal, Hak Politik Bupati Purbalingga Harus Dicabut

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Bupati Purbalingga Tasdi, yang ditangkap KPK, menampilkan gestur salam metal saat tiba di gedung lembaga antikorupsi itu. Ketua DPP Gerindra Habiburokhman meminta hak politik Tasdi dicabut karena aksi salam metalnya itu.

"Saya mengusulkan agar gestur koruptor yang tidak menunjukkan rasa menyesal dan malu ketika tertangkap dijadikan alasan pemberat ketika majelis hakim menjatuhkan pidana. Selain itu, koruptor seperti itu juga harus dikenakan pidana tambahan berupa pencabutan hak politik sebagaimana diatur dalam Pasal 17 dan 18 UU Tindak Pidana Korupsi," kata Habiburokhman kepada wartawan, Selasa (5/6/2018).

Menurut Habiburokhman, Tasdi seolah menantang KPK dengan salam metal. Tasdi disebut Habiburokhman sama sekali tak menyesal atas dugaan korupsinya itu.

"Gestur salam metal yang ditunjukkan Bupati Purbalingga setelah ditangkap KPK dalam OTT kemarin adalah lambang arogansi koruptor. Bukannya malu dan menutup wajah, dia justru seolah menantang KPK dan publik dengan menunjukkan gestur tersebut," ucapnya.

Habiburokhman punya pandangan mengapa para terduga koruptor menunjukkan gestur seolah tak menyesal. Menurutnya, mereka seperti tak takut terhadap OTT KPK.

"Ada fenomena bahwa koruptor sudah mulai terbiasa dan tidak takut dengan OTT KPK. Mungkin mereka sudah mengkalkulasi keuntungan yang didapat dari korupsi jauh lebih besar daripada hukuman yang akan mereka jalani," jelas dia.

Sebelumnya, Tasdi tiba di gedung KPK, Jl Kuningan Persada, Jaksel, Selasa (5/6) pukul 04.58 WIB. Tasdi enggan menjawab pertanyaan wartawan dan langsung berpose salam metal sebelum masuk ke gedung.

Pakar gestur, Handoko Gani, melihat salam metal Tasdi dari sisi lain. Dia mengamati rekaman peristiwa saat Tasdi datang ke gedung KPK, Jl Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018) pukul 04.58 WIB pagi tadi. Terdengar suara teriakan permintaan agar Tasdi membuka maskernya. Barulah Tasdi mengacungkan salam metal.

Handoko mengamati Tasdi mengangkat lengan kanan dan tangannya membentuk salam metal. Lengan kirinya juga diangkat, tapi gesturnya tidak membentuk salam metal. Tangan kanan dan kiri tidak selaras.

"Karena di otak banyak emosi dan rasa takut, maka gerakan tubuhnya tidak selaras," kata Handoko.

Bila salam metal itu didasari perasaan yang gembira, wajah Tasdi bakal ikut gembira. Namun itu tak terjadi. Handoko mengamati arah mata Tasdi cenderung ke bawah dan alisnya cenderung menandakan rasa takut. Mulutnya memang terbuka, tapi itu bukan bentuk senyum yang gembira.

Dia menjelaskan gestur semacam itu biasanya didemonstrasikan untuk menunjukkan keberanian karena dirinya benar. Barangkali itulah kesan yang ingin didapatkan Tasdi dari orang-orang yang melihat gestur metalnya.

Namun, karena kondisi mental-psikologis seseorang, gestur yang dicoba didemonstrasikan bisa terlihat tidak alamiah.

"Ini kemungkinan adalah gestur 'sok berani', karena sebenarnya ada rasa takut," imbuhnya. [detik]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita