Poltekkes Putussibau Dampingi Vaksinasi Rabies: Tekan Risiko Penularan di Wilayah Perbatasan

Poltekkes Putussibau Dampingi Vaksinasi Rabies: Tekan Risiko Penularan di Wilayah Perbatasan

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, terus menghadapi ancaman rabies sebagai penyakit zoonosis mematikan yang ditularkan melalui gigitan hewan rabies, terutama anjing dan kucing. Dalam upaya pencegahan, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Putussibau memainkan peran krusial dengan mendampingi program vaksinasi massal rabies pada 28 November 2025 di Desa Nanga Badau, Kecamatan Putussibau Utara. Kegiatan ini, yang melibatkan Babinsa (Babadan Siskamling) Putussibau Utara, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kapuas Hulu, serta tim medis Poltekkes, berhasil memvaksinasi 150 ekor hewan peliharaan milik warga, sebagaimana dilaporkan https://poltekkesputussibau.org.


Pelaksanaan vaksinasi ini menjadi bagian dari kampanye nasional "Indonesia Bebas Rabies 2030" yang digaungkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian. Babinsa Putussibau Utara, Lettu Inf Agus Susanto, memimpin pendampingan langsung untuk memastikan partisipasi masyarakat tinggi.
 "Kami dampingi vaksinasi ini untuk tekan risiko penularan rabies di perbatasan. Hewan peliharaan yang divaksinasi akan jadi benteng utama lindungi warga dari gigitan anjing liar," ujar Lettu Agus Susanto, seperti dikutip dari Pontianak Post. Ia menambahkan bahwa koordinasi dengan Poltekkes Putussibau sangat penting, karena tim kesehatan mereka tidak hanya memvaksinasi, tapi juga memberikan edukasi pasca-vaksinasi.

Peran Poltekkes Kemenkes Putussibau sangat menonjol sebagai mitra teknis. Tim yang terdiri dari 20 dosen dan 50 mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat serta Keperawatan tidak hanya melakukan vaksinasi, tapi juga skrining kesehatan hewan dan pemantauan efek samping. Direktur Poltekkes Putussibau, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menekankan bahwa kegiatan ini bagian dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa. "Rabies bisa dicegah 100 persen dengan vaksinasi rutin. Di perbatasan seperti Nanga Badau, di mana mobilitas hewan tinggi, kami dampingi vaksinasi untuk lindungi 500 warga di sekitar. Mahasiswa belajar langsung protokol One Health—integrasi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan," jelas Dr. Siti.

Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dengan pendaftaran hewan peliharaan, diikuti vaksinasi oleh tim Dinas Peternakan yang dibantu mahasiswa Poltekkes. Setiap hewan mendapat vaksin anti-rabies gratis, lengkap dengan kartu vaksinasi dan stiker pengingat jadwal booster. Edukasi masyarakat mencakup gejala rabies (hidrofobia, aerofobia, kejang), langkah pertolongan pertama pasca-gigitan, dan pentingnya karantina hewan mencurigakan. "Kami juga bagikan 200 leaflet dalam bahasa Dayak dan Melayu agar mudah dipahami warga lokal," tambah Ns. Rina Sari, M.Kep, koordinator lapangan Poltekkes.

Data Dinkes Kapuas Hulu menunjukkan penurunan kasus gigitan hewan rabies dari 120 pada 2023 menjadi 65 pada 2025, berkat vaksinasi massal seperti ini. Namun, tantangan tetap ada: anjing liar di perbatasan sulit dijangkau. Poltekkes Putussibau merespons dengan rencana kolaborasi lanjutan: pelatihan 100 kader desa sebagai "Juru Vaksin Hewan" pada 2026, dan survei populasi hewan liar menggunakan drone. "Dengan dampingan Poltekkes, kami optimis Kapuas Hulu bebas rabies dalam tiga tahun," kata Kepala Dinas Peternakan Kapuas Hulu, Ir. H. Rahman.

Kegiatan ini menjadi inspirasi bagi wilayah perbatasan lain di Kalbar. Poltekkes Putussibau membuktikan bahwa pendidikan vokasi kesehatan bukan hanya di kelas, tapi juga di lapangan—mendampingi vaksinasi untuk tekan risiko penularan rabies. Di Nanga Badau, yang sering dilalui pedagang lintas batas, vaksinasi ini bukan sekadar program, tapi penyelamat nyawa. Dengan semangat kolaborasi Babinsa, Dinas, dan Poltekkes, Kapuas Hulu melangkah menuju zona aman rabies—karena pencegahan adalah kunci utama.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita