GELORA.CO - Kritik keras dilayangkan Diplomat Senior Indonesia, Dino Patti Djalal, kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono.
Melalui akun media sosial pribadinya di Facebook dan Instagram, @dinopattidjalal, ia dengan tajamnya meyampaikan 4 pesan menohok kepada juniornya itu.
Dalam video pendeknya, Dino Patti Djalal menyoroti kinerja Sugiono yang dianggap remuk-redam. Di antara kritik yang disampaikannya itu adalah tak kondusifnya kondisi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan sulitnya sang menlu diajak bekerja sama.
"Saya Dino Patti Djalal menyampaikan pesan ini sebagai sesepuh Kementerian Luar Negeri, sebagai pendukung politik luar negeri, sebagai ketua ormas hubungan internasional terbesar di Indonesia dan di Asia, dan juga sebagai rakyat,” katanya membuka pesannya di dalam video yang diunggah akun Instagram @dinopattidjalal pada Minggu 21 Desember 2025.
Ia pun menegaskan bahwa dirinya membuat pesan tersebut sebagai pihak yang sudah berkecimpung dalam dunia diplomasi selama 40 tahun. “Baik dari dalam maupun luar pemerintahan," ujar Dino.
Lebih lanjut dikatakan, pesan ini terpaksa ia sampaikan melalui platform medsos Instagram, sebab semua jalur komunikasi langsung ke Menlu Sugiono sudah diblokir selama berbulan-bulan.
Harapannya, Sugiono tak bersikap defensif dan menjadikan pesan yang disampaikannnya sebagai bahan refleksi.
Menurut Wamenlu era Presiden SBY tersebut, kalau empat pesan mau dijalankan Sugiono, maka ia berpeluang tercatat sebagai Menlu cemerlang.
Tapi sebaliknya kalau abai, maka diplomasi Indonesia berisiko merosot dan kinerja sang menteri bakal dicap buruk oleh catatan sejarah.
“Kalau semua ini (pesan) tidak dilakukan, maka Kemenlu akan redup, diplomasi Indonesia merosot dan Menlu Sugiono akan dicatat sejarah dengan nilai merah,” katanya mengingatkan.
Apa saja 4 (empat) pesan menohok yang disampaikan Dino kepada Sekjen Partai Gerindra tersebut? Berikut uraian lengkapnya.
1. Menlu Sugiono Diminta Meluangkan Waktu Lebih Banyak untuk Memimpin Kemlu
Kritik pertama yang disampaikan Dino Patti Djalal adalah idealnya orang kepercayaan Presiden Prabowo Subianto itu Sugiono bisa mengurus Kemlu dalam banyak waktu.
"Idealnya bisa full time mengurus Kemlu. Minimal 50 persen dan kalau bisa 80%, alhamdulillah," ucapnya.
Disebutkannya, Kemlu layaknya mobil Ferrari. Dengan kata lain ini salah satu lembaga terbaik di NKRI dan disesaki oleh talenta diplomat luar biasa.
Tapi mobil Ferrari itu baru bisa perform jika dikendarai oleh pengemudi yang jago. Sementara belakangan ini banyak KBRI yang tidak mendapatkan arahan dari Jakarta.
"Dewasa ini banyak KBRI yang tidak mendapatkan arahan dari pusat," keluhnya.
Bahkan, klaim Dino, rapat koordinasi para duta besar sudah tertunda hampir setahun. Banyak diplomat yang performanya drop karena anggarannya dipangkas.
"Banyak diplomat yang mengalami demoralisasi dan merasa tidak terdorong inisiatifnya lantaran merasa tidak akan direspons dari (unsur pimpinan atas)," tegasnya.
Ia mengaku mendengar banyak duta besar yang merasa kesulitan untuk bertemu menlu saat pulang ke Tanah Air.
Padahal hal ini berisiko pada tidak ada follow-up dari kesepakatan luar negeri. Bukan itu saja, ini berisiko pada hubungan bilateral Indonesia dengan negara sahabat yang tidak berimbang.
Kondisi itu membuat RI banyak disetir oleh negara mitranya. "Masalah ini bisa dianggap sepi sekarang ini, tapi bisa meledak di kemudian hari," tegas Dino memperingatkan.
Ia pun menyarankan Menlu melakukan pembenahan sejak sekarang agar empat tahun kemudian Kemlu bisa berjalan lebih baik.
2. Berkomunikasi Terkait Langkah Politik Luar Negeri Indonesia
Berdasarkan ilmu dari menteri luar negeri sebelumnya, Ali Alatas, Dino menyebut politik luar negeri dimulai dari rumah. Itu artinya, semua langkah di negara orang akan percuma jika tidak dijelaskan, dipahami, dan didukung publik di dalam negeri.
"Lihat saja bagaimana Menteri Keuangan Purbaya dalam waktu singkat populer dan dihormati publik. Sebab ia rajin memberikan penjelasan mengenai kebijakan keuangan negara," bebernya.
Dino Patti Djalal menggarisbawahi bahwa Menlu Sugiyono belum pernah sekalipun berpidato mengenai kebijakan baik di dalam maupun di luar negeri dalam satu tahun terakhir.
Menlu terkini juga belum pernah melakukan wawancara khusus dengan media terkait substansi politik luar negeri, baik di dalam atau luar negeri.
Di samping itu, dalam satu tahun terakhir, Dino melihat Sugiono jarang menjelaska kepada publik mengenai langkah politik luar negeri Jakarta. Tentunnya selain pidato awal tahun yang sudah menjadi tradisi Kemlu.
"Kami tidak ingin Menlu Sugiono mendapatkan predikat sebagai silent minister," kritik Dino.
Pihaknya juga mengkritisi komunikasi Menlu yang lebih dominan melalui Instagram yang penuh foto dan video, tapi tidak ada suaranya.
"Kami juga melihat Menlu (Sugiono) semakin menjauh dan menutup pintu tergadap publik untuk urusan hubungan internasional.
Ia memberi contoh Conference on Indonesia Foreign Policy yang tercatat sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia.
Ribuan pemuda dan mahasiswa Indonesia datang dari berbagai provinsi khusus demi mendengar pembahasan mengenai politik luar negeri.
Sayangnya semua surat, telepon, WhatsApp, selama berbulan-bulan permohonan pertemuan dan lain sebagainya sama sekali tak direspons Menlu.
3. Menlu Diminta Bisa Lebih Terhubung dengan Pemangku Kepentingan Internasional
Dino menyebutkan permintaan ini konsisten dengan konsep pemerintah yang melayani rakyatnya. Hubungan baik itu bukan hanya dengan pendukung, tapi juga yang mengkritisi.
"Sekarang ini kami sebagai konstituen hubungan internasional merasa Menlu Sugiono jauh sekali dengan kami, tidak komunikatif, tidak responsif, tidak terbuka aksesnya,” cetusnya.
Misalnya undangan terakhir dari berbagai ormas stakeholder luar negeri untuk berkomunikasi, berdialog, dan menyampaikan masukan tidak pernah direspons.
Pihaknya mengingatkan prinsip yang dipegang para Menlu terdahulu, yakni never burn your bridges. Ditegaskan, kepercayaan, rasa hormat, dan dukungan pemangku kepentingan tidak datang secara otomatis.
Namun semua itu harus diupayakan secara aktif.
4. Diharapkan Dapat Bersikap Terbuka untuk Bekerja Sama
Dino mengatakan, membantu Presiden Prabowo Subianto bukan berarti mengabaikan rakyat. Sebab keduanya malah saling menguatkan.
“Saya paham tugas utama Menlu adalah untuk membantu Presiden tetapi ini tidak berarti memunggungi rakyat. Bahkan dua hal ini sebetulnya saling mendukung,” ujarnnya.
“Kalau ada inisiatif dari ormas hubungan internasional kami berharap Menlu dapat responsif,” sambungnya.
Di mana Menlu di berbagai event komunitas internasional menyebut pentingnya kerja sama. Namun dalam kenyataanya sangat susah sekali diajak bekerja sama.
Ia melihat dalam dunia diplomasi inisiatif itu bisa datang dari atas maupun dari bawah. Karena itu, gotong royong antara pemerintah dan ormas hubungan internasional adalah resep sukses politik luar negeri.
Ini yang membuatnya menilai ada kontradiksi antara seruan kerja sama di forum internasional dengan praktik domestik yang dinilai sulit diajak bekerja sama. ***
