Profil Mimi Mariani: Aktris Indo-Belgia Pemeran Karakter Superhero Pertama di Indonesia

Profil Mimi Mariani: Aktris Indo-Belgia Pemeran Karakter Superhero Pertama di Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Mimi pada tahun 1960

Mimi Mariani dilahirkan dengan nama Troely Callebaut pada 8 Juni 1928 di Malang, Jawa Timur, sebagai anak dan putri ketujuh dari 11 bersaudara pasangan Petrus Fransiskus Callebaut dan Vientje Callebaut. Ia memiliki dua orang adik laki-laki bernama Emil, seorang editor film yang merupakan ayah dari aktris Doris Callebaut, dan Frans Callebaut, dan 8 orang saudara perempuan bernama Livine, Clara, Onie, Betsy, Lena, Sri Murniati, seorang aktris, Meity, dan Greta Callebaut. Mimi memiliki keturunan Indo dan Belgia. Ia menempuh pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) namun tidak sampai selesai.

Mimi memulai kariernya sebagai penyanyi dalam rombongan sandiwara Bintang Surabaja pimpinan Fred Young pada tahun 1942 dan menjadi penyanyi serta pemain tetap dalam rombongan sandiwara Warna Sari pimpinan Henry Duarte pada masa pendudukan Jepang. Ia kemudian bergabung dalam rombongan sandiwara Pantja Warna dan aktif dalam Panggung Bhakti Artis bersama dengan Netty Herawaty. Mimi memulai debut filmnya setelah Jepang meninggalkan Indonesia. Film-film yang dibintanginya di antaranya adalah Inspektur Rachman (1950) dan Rodrigo de Villa (1952). Mimi kemudian membintangi Lenggang Djakarta (1953) sebagai pemeran utama dan pada akhir tahun 1954, ia telah membintangi 10 judul film, di antaranya Kassan (1953), Machkluk Raksasa (1953), Rahasia Suku Domas (1954), dan Debu Revolusi (1954). Ia juga membintangi Sri Asih (1954), film superhero pertama Indonesia yang diadaptasi dari komik karya R. A. Kosasih, bersama dengan Turino Djunaedy yang kemudian menjadi suaminya. Mimi lalu membintangi beberapa film, di antaranya Oh, Ibuku (1955), Melati Sendja (1956), Sri Kustinah (1956), dan Delapan Pendjuru Angin (1957). Setelah terjadi krisis pada industri perfilman Indonesia dan perceraiannya dengan Turino, ia tidak lagi banyak membintangi film dan hanya berperan sebagai pemeran pendukung.

Mimi bersama dengan suami keduanya Turino Djunaedy beserta keponakan mereka
Mimi bersama dengan suami keduanya Turino Djunaedy beserta keponakan mereka


Pada 3 Januari 1958, Mimi bersama dengan Wahid Chan membintangi Because of Dance, sebuah sandiwara bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh perkumpulan sandiwara bahasa Inggris Juliam Bros, sebagai seorang gadis sekolah menengah yang tergila-gila dengan dansa dan ingin menikahi seorang pemuda yang mahir berdansa. Ia kemudian membintangi film 50 Megaton (1961) sebagai pemeran pendukung dan membintangi Si Kembar (1961) sebagai seorang pesinden bersama dengan Titim Fatimah dan membawakan lagu “Kerja Bakti” yang menjadikannya sebagai salah satu pesinden yang berpengaruh dalam industri perfilman Indonesia setelah Titim dan Upit Sarimanah. Pada tahun 1968, Mimi membintangi film terakhirnya yang berjudul B-29 yang diproduksi pada tahun yang sama.

Mimi memiliki penampilan keturunan Eropa yang kental dengan logat bahasanya yang agak kebarat-baratan. Ia memiliki tinggi badan 162 cm dengan berat badan 48 kg dan menyukai untuk tampil dalam peran drama. Mimi juga menyukai gaun sebagai pakaian sehari-harinya dan merupakan penggemar dari dua bintang film Hollywood, yakni Stewart Granger dan Jean Simmons.

Mimi menikah sebanyak empat kali dan bercerai sebanyak tiga kali. Ia menikah untuk pertama kalinya dengan seorang pria bernama Roda pada tahun 1950 dan dikaruniai seorang putra bernama Raymond Roda sebelum bercerai. Mimi kemudian menikah untuk kedua kalinya dengan Turino Djunaedy, seorang aktor, pada tahun 1955. Pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada tahun 1958. Ia lalu menikah untuk ketiga kalinya dengan seorang pria bernama Mikel dan berakhir dengan perceraian. Pernikahan terakhirnya adalah dengan Semiarto Suharto, seorang pengusaha yang merupakan pemilik dari Apotek Titi Murni dan putra dari Soeharto Sastrosoeyoso, pada tahun 1961. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai seorang putra bernama Raden Santoso Sumiarto dan dua orang putri bernama Prihartini Suharto dan Sri Agustina Suharto. Mimi kemudian mengubah namanya menjadi Sumiarto Suharto. Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Mimi pada bulan Mei 1971.

Pada tahun 1969, Mimi didiagnosis menderita penyakit kanker payudara dan kemudian menjalani operasi sebanyak dua kali. Akan tetapi, kanker terakhir yang dideritanya menyerang bagian limpa sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya proses operasi. Ia kemudian menjalani tirah baring selama lima bulan lalu kehilangan kesadaran selama seminggu. Mimi lalu meninggal dunia di kediamannya yang berada di Jalan Ir. H. Djuanda IB No. 11 A, Kebon Kelapa, pada 1 Mei 1971 pukul 14:25 WIB dalam usia 42 tahun tanpa sempat meninggalkan wasiat. Jenazahnya kemudian dimakamkan di TPU Karet Bivak pada 2 Mei dengan dihadiri oleh para pemain film yang merupakan rekannya, di antaranya Fifi Young, Sofia Waldy, Wolly Sutinah, Sulastri, Aminah Banowati, W. D. Mochtar, Mansjur Sjah, S. Poniman, dan lain-lain. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita