GELORA.CO -Sekitar 700 orang dilaporkan tewas dalam gelombang demonstrasi pemilu di Tanzania yang memuncak pada Jumat, 31 Oktober 2025 waktu setempat.
Angka itu disampaikan partai oposisi Chadema sebagai akumulasi aksi protes yang berlangsung selama dua hari sejak Rabu, 29 Oktober 2025.
“Jumlah kematian di Dar es Salaam sekitar 350 dan di Mwanza lebih dari 200. Ditambah korban dari wilayah lain di seluruh negeri, totalnya sekitar 700 orang,” kata Juru Bicara Chadema, John Kitoka, dikutip AFP pada Sabtu, 1 November 2025.
Hingga kini, angka tersebut belum dapat diverifikasi secara independen. Namun, seorang sumber keamanan serta diplomat di Dar es Salaam juga menyebut jumlah korban mencapai ratusan orang.
Sebelumnya, Tanzania diguncang aksi besar-besaran setelah pemilu pada 29 Oktober yang memilih presiden, anggota parlemen, hingga dewan lokal. Proses demokrasi itu dituding sarat kecurangan untuk mengamankan kemenangan Presiden Samia Suluhu Hassan serta partainya, Chama Cha Mapinduzi.
Dua kandidat oposisi disebut didiskualifikasi, membuat Hassan hanya menghadapi 16 kandidat dari partai kecil yang minim kampanye. Kondisi itu memicu kemarahan publik yang menilai pemilu tak bebas dan tidak adil.
Protes pun meluas ke berbagai kota, termasuk Dar es Salaam. Aparat polisi dan militer dikerahkan untuk membubarkan massa. Pemerintah juga menerapkan jam malam, membatasi akses media sosial, hingga memblokir internet.
Direktur Regional Amnesty International untuk Afrika Timur dan Selatan, Tigere Chagutah, mengecam keras tindakan represif aparat terhadap warga.
“Risiko eskalasi lebih lanjut sangat tinggi. Kami mendesak polisi untuk menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan yang tidak perlu dan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa,” ujarnya
Sumber: RMOL
