Geger Komet 3I/Atlas Disebut Pesawat Alien, BRIN: Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun

Geger Komet 3I/Atlas Disebut Pesawat Alien, BRIN: Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Geger Komet 3I/Atlas Disebut Pesawat Alien, BRIN: Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun

GELORA.CO - 
Komet 3I/Atlas menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah sejumlah unggahan menyebut benda langit itu sebagai “kapal induk alien”.

Spekulasi tersebut muncul karena komet ini sempat memancarkan sinyal tak biasa saat pertama kali terdeteksi di luar angkasa.

Namun, klaim tersebut ditepis oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menegaskan bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk menyebut komet 3I/Atlas sebagai pesawat luar angkasa milik makhluk asing.

“Astronom tidak akan berspekulasi di luar hasil observasi ilmiah. Tidak ada alasan untuk menduganya sebagai pesawat alien,” ujar Thomas saat dikonfirmasi Tribunnews, Sabtu (1/11/2025).

Menurut Thomas, komet 3I/Atlas merupakan benda langit yang sangat tua dan berasal dari luar tata surya.

Dalam klasifikasi astronomi, komet ini termasuk dalam kategori interstellar object atau benda antarbintang—yakni objek yang berasal dari luar sistem tata surya dan melintas tanpa kembali.

“Usianya diperkirakan 7 miliar tahun, lebih tua dari tata surya kita yang usianya 4,5 miliar tahun,” jelas Thomas.

Penamaan komet ini juga mengikuti standar astronomi internasional.

Angka “3” menunjukkan urutan penemuan sebagai objek antarbintang ketiga yang terdeteksi, huruf “I” merujuk pada istilah interstellar, dan “Atlas” adalah nama teleskop yang pertama kali mengamati komet tersebut.

Komet 3I/Atlas memiliki kecepatan luar biasa, yakni sekitar 215 ribu kilometer per jam.

Ukurannya pun mencengangkan, yakni inti komet diperkirakan berdiameter 25 ribu kilometer atau dua kali diameter Bumi.

Estimasi terbaru bahkan menyebutkan bahwa kepala komet yang tersusun dari gas karbon dioksida (CO₂) bisa mencapai 700 ribu kilometer, atau lima kali diameter planet Jupiter.

Orbit komet ini juga tidak biasa. Jika kebanyakan komet memiliki lintasan elips dan kembali mengelilingi matahari secara periodik, 3I/Atlas justru memiliki orbit berbentuk hiperbola.

Artinya, ia hanya akan melintas satu kali melewati tata surya dan tidak akan kembali.

“Dia hanya melintas satu kali melewati tata surya dan tidak kembali mengorbit,” kata Thomas.

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena langka ini, komet 3I/Atlas diperkirakan bisa diamati dari wilayah Indonesia pada Desember 2025.

Pada Oktober dan November, posisinya terlalu dekat dengan arah matahari sehingga sulit terlihat.

“Desember baru bisa diamati lagi, lalu kemudian meredup dan tak terlihat lagi karena menjauh,” ujar Thomas.

Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya literasi sains di tengah derasnya arus informasi di media sosial.

Klarifikasi dari lembaga riset seperti BRIN menjadi krusial untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan publik.

Sumber: tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita