Poltekkes Kota Padang Gelar Pelatihan Inovatif: Bekali Kader Posyandu Deteksi Dini Risiko Kegawatdaruratan Neonatal

Poltekkes Kota Padang Gelar Pelatihan Inovatif: Bekali Kader Posyandu Deteksi Dini Risiko Kegawatdaruratan Neonatal

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Padang kembali menunjukkan peran strategisnya dalam pengabdian masyarakat melalui pelatihan deteksi dini faktor risiko kegawatdaruratan neonatal. Kegiatan ini, yang merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (Pengabmas), digelar sepanjang Juni hingga Oktober 2025 di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo, Kota Padang. Fokus utama pelatihan ini menyasar dua kelurahan, yaitu Kelurahan Gurun Laweh dan Kelurahan Surau Gadang di Kecamatan Nanggalo, dengan melibatkan 84 kader Posyandu dari kedua wilayah tersebut—28 kader dari Gurun Laweh dan 56 dari Surau Gadang. Inisiatif ini tidak hanya menyegarkan pengetahuan, tetapi juga memperkuat jaringan kesehatan primer untuk menekan angka kematian neonatal, yang masih menjadi tantangan nasional di Indonesia.



Pelatihan ini dipimpin oleh tim dosen dari Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Padang, dengan Dr. Yuliva, S.SiT, M.Kes sebagai ketua pelaksana. Didukung oleh anggota tim Lita Angelina Saputri, S.SiT, M.Keb, dan Mahdalena Prihatin Ningsih, S.SiT, M.Kes, serta tiga mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan, kegiatan ini juga melibatkan bimbingan dari dua Bidan Pembina Wilayah, yaitu Bidan Astrid dan Bidan Nanik. Kolaborasi ini menjadikan pelatihan sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, di mana pendidikan dan pengabdian saling melengkapi. “Pengabmas ini juga bekerjasama dengan dua kelurahan di Kecamatan Nanggalo Kota Padang yaitu Kelurahan Gurun Laweh dan Kelurahan Surau Gadang,” ujar Dr. Yuliva, dikutip https://www.poltekkeskotapadang.org.

Tujuan utama pelatihan adalah melakukan penyegaran pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam deteksi dini faktor risiko kegawatdaruratan neonatal, yang dapat membantu menurunkan angka kejadian kematian pada bayi berusia 0 hingga 28 hari setelah kelahiran. Neonatal emergencies sering kali muncul secara tiba-tiba, seperti asfiksia perinatal, infeksi sepsis, atau gangguan pernapasan akut, yang disebabkan oleh faktor risiko seperti prematuritas, infeksi intrauterin, atau komplikasi persalinan. Di Indonesia, angka kematian neonatal mencapai sekitar 15 per 1.000 kelahiran hidup menurut data Kementerian Kesehatan 2024, dengan Sumatera Barat termasuk daerah yang perlu intervensi intensif. Melalui pelatihan ini, Poltekkes berupaya membekali kader sebagai garda terdepan di tingkat Posyandu untuk mengidentifikasi tanda bahaya dini, seperti perubahan warna kulit bayi, kesulitan bernapas, atau penurunan suhu tubuh, sehingga rujukan ke fasilitas kesehatan lebih cepat dan tepat.

Kegiatan pelatihan dirancang secara interaktif dan komprehensif. Dimulai dengan pretest untuk mengukur pengetahuan awal peserta, dilanjutkan dengan pemaparan materi melalui PowerPoint dan video edukatif. Sesi diskusi dan tanya jawab menjadi momen krusial, di mana kader berbagi pengalaman lapangan, seperti tantangan mendeteksi gejala pada bayi di daerah rawan banjir seperti Nanggalo. Dr. Yuliva, sebagai narasumber utama, menjelaskan metode deteksi sederhana namun efektif, termasuk penggunaan skor Apgar untuk asesmen awal dan protokol pencegahan infeksi. “Adapun materi yang dipaparkan melalui penayangan Power Point dan Video,” tambahnya. Meskipun diiringi hujan lebat, pelatihan tetap berjalan lancar, menunjukkan dedikasi tim dan antusiasme peserta.

Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan: skor pretest hanya 55% jawaban benar, melonjak menjadi 85% pada post-test. Semua kader menyatakan kepuasan tinggi dan antusiasme untuk menerapkan ilmu baru ini di Posyandu masing-masing. “Semua kader sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan penyegaran pelatihan kader ini. Meskipun diiringi hujan lebat pada saat pelatihan dilaksanakan, namun pelatihan tetap berjalan dengan baik dan lancar,” ungkap Dr. Yuliva. Manfaat jangka panjangnya jelas: kader yang terlatih dapat mengurangi keterlambatan penanganan, yang sering kali menjadi penyebab utama kematian neonatal. Di tingkat nasional, intervensi seperti ini berpotensi menurunkan angka kematian hingga 20%, sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

Poltekkes Kemenkes Padang, melalui kegiatan ini, tidak hanya berkontribusi pada kesehatan ibu dan anak, tetapi juga membangun kapasitas komunitas. Mahasiswa yang terlibat memperoleh pengalaman langsung melalui pendampingan, selaras dengan kurikulum vokasi yang menekankan praktik lapangan. Ke depan, tim berharap memperluas pelatihan ke kelurahan lain di Padang, integrasikan dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk rujukan cepat. Inisiatif ini menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan kesehatan lainnya, membuktikan bahwa deteksi dini bukan hanya ilmu, tapi juga pengabdian nyata untuk generasi masa depan yang lebih sehat. Dengan kader Posyandu sebagai pahlawan tak terlihat, harapan menyelamatkan setiap bayi baru lahir semakin terang.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita