Natalius Pigai Ngaku Pintar tapi Kepintarannya Dia Sembunyikan

Natalius Pigai Ngaku Pintar tapi Kepintarannya Dia Sembunyikan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO
- Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai membuka kisah personal yang mencuri perhatian publik dalam acara Jimly Award 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Dalam suasana penuh canda namun sarat makna, Pigai mengungkap bagaimana perjalanan panjang dan penolakan masa lalu justru menjadi pijakan menuju posisinya saat ini sebagai salah satu menteri di kabinet.

Di hadapan tamu undangan dan tokoh hukum nasional, Pigai mengenang masa 13 tahun silam ketika dirinya gagal terpilih sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Penolakan itu, katanya, tidak membuatnya kecil hati, melainkan menjadi cambuk untuk terus membuktikan kapasitas dirinya di jalur advokasi dan perjuangan hak-hak sipil.

“Saya ini pintar, tapi waktu itu saya sembunyikan kepintaran saya,” ujar Pigai, disambut tawa hadirin. “Kalau saya buka semuanya waktu itu, mungkin saya sudah jadi menteri lebih cepat,” lanjutnya dengan nada berseloroh namun mengandung pesan reflektif.

Pernyataan Pigai yang disampaikan dengan gaya khasnya—blak-blakan namun jenaka—menjadi sorotan dalam acara penghargaan yang diinisiasi oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, tersebut.

Di balik guyonannya, Pigai menyiratkan pesan tentang konsistensi, ketekunan, dan keyakinan bahwa setiap proses memiliki waktunya sendiri.

Ia menuturkan, penolakan masa lalu bukanlah akhir, melainkan bagian dari jalan panjang menuju pembuktian diri.

“Kadang dunia tidak siap menerima kita pada waktunya. Tapi kalau kita tetap bekerja dengan hati, waktunya akan datang juga,” ujarnya.

Kini, setelah dipercaya memimpin Kementerian HAM, Pigai menilai pengalaman masa lalunya menjadi bekal berharga untuk memahami sisi lain dari perjuangan hak asasi manusia—baik di tataran kebijakan maupun di ranah sosial.

Ia menyebut, peran pemerintah bukan sekadar menegakkan hukum, tetapi juga memastikan keadilan hadir bagi semua warga negara, tanpa terkecuali.

Pernyataan Pigai malam itu menutup rangkaian acara dengan tepuk tangan panjang.

Beberapa tamu undangan bahkan menilai ucapannya merefleksikan perjalanan seorang aktivis yang kini berada di pusat kekuasaan, namun tetap membawa idealismenya yang kuat.

“Dulu saya disingkirkan, sekarang saya diminta memimpin. Mungkin ini cara Tuhan menertawakan manusia,” kata Pigai

Ungkapan Pigai ini pun langsung kembali disambut gelak tawa dan tepuk tangan dari para hadirin yang datang.

Acara Jimly Award 2025 sendiri merupakan ajang apresiasi bagi tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam penguatan hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia di Indonesia.

Pada tahun ini, selain Pigai, sejumlah figur nasional juga hadir, termasuk mantan hakim konstitusi, akademisi, dan aktivis dari berbagai lembaga hukum dan HAM.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita