Jepang Diikutkan dalam Tender Whoosh, Ekonom Curiga untuk Mengatrol Harga: Harus Diusut!

Jepang Diikutkan dalam Tender Whoosh, Ekonom Curiga untuk Mengatrol Harga: Harus Diusut!

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Jepang Diikutkan dalam Tender Whoosh, Ekonom Curiga untuk Mengatrol Harga: Harus Diusut

GELORA.CO -
Profesor Anthony Budiawan, ekonom sekaligus Direktur Pelaksana Political Economy and Policy Studies (PEPS), mencurigai tujuan diikutsertakannya Jepang dalam tender kereta cepat Jakarta-Bandung atau yang lebih dikenal sebagai Whoosh.

Anthony berkata seharusnya proyek kereta itu menghubungkan Jakarta-Surabaya. Namun, proyek itu kemudian dialihkan menjadi Jakarta-Bandung.

Proyek kereta itu akhirnya digarap dengan bantuan Tiongkok, terutama lewat skema pembiayaan pinjaman dari China Development Bank (CDB) dan kerja sama antara konsorsium BUMN Indonesia dan konsorsium perusahaan Cina.

Menurut, Anthony diikutsertakannya Jepang dalam tender memunculkan kecurigaan hal itu ditujukan untuk melambungkan harga.

“Jepang memang diikutkan di dalam tender Jakarta-Bandung, tetapi kemudian saya mencurigai bahwa Jepang diikutkan karena untuk mengatrol harga karena harga itu murah sekali,” kata Anthony dalam siniar Forum Keadilan yang tayang di YouTube, Senin, (20/10/2025).

“Dari Cina seharusnya murah, mungkin bisa 60 persennya. Nah, makanya Jepang diikutsertakan. Kesatu adalah memang harus ada tender dan kedua adalah memang untuk mengatrol harga.”

Dia berkata Jepang kemudian “digugurkan” dengan alasan Jepang meminta jaminan dari pemerintah.

Adapun skema proyek kereta cepat dengan menggandeng Tiongkok bersifat B to B atau business to business. Oleh karena itu, Anthony meminta jangan sampai proyek itu menjadi G to G atau government to government sehingga menjadi beban pemerintah.

Di samping itu, Anthony meminta proyek ini diusut tuntas, terutama mengenai dugaan adanya mark up atau pelambungan harga.

“Karena proyek sejenis di Cina biayanya hanya 17 sampai 30 juta [dolar AS] per kilometer. Di kita 52 juta per kilometer. Kalau dibandingkan dengan yang paling rendah, tentu hampir tiga kali lipat,” kata dia.

Lalu, dia menyebut medan kereta Jakarta-Bandung tidak terlalu susah. Karena itu, harga 25 juta dolar AS per km sebenarnya sudah mencukupi untuk proyek itu.

“Harus diselidiki kenapa proyek ini bisa sampai dua kali lipat lebih tinggi dari yang di Cina,” katanya.

Dia mengklaim pembengkakan biaya dalam proyek kereta cepat tidaklah normal.

Sumber: tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita