GELORA.CO - Ucapan hamdalah terus dipanjatkan dari Alfatih Cakra Buana (14). Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo itu selamat dari reruntuhan bangunan pada Rabu (1/10).
Alfatih tiba di RSUD RT Notopuro Sidoarjo sekitar pukul 19.00 WIB, setelah Syehlendra Haical (13) dan Muhammad Wahyudi (13) dievakuasi.
Seolah-olah tidak mengalami trauma, Alfatih menceritakan kejadian yang dialami. Dia juga bersyukur, kondisinya, sehat, tanpa luka serius, hanya lecet, bahkan besok sudah diperbolehkan pulang.
“Sebelum salat Asar, saya sudah menunggu azan di musala, lalu ketiduran. Sempat terbangun karena terdengar gemuruh gedung ambruk, terus lari, tetapi pingsan akibat tertimpa material,” ujar Alfatih, Kamis (2/10).
Dia sadar berada di bawah reruntuhan musala ambruk, dalam kondisi gelap gulita. Dia juga berkomunikasi sebentar dengan teman di sebelahnya. Setelah itu tertidur lagi.
“Ada petugas penyelamat yang mencongkel bagian bawah lantai, saya terbangun terus tanya apakah sudah bisa keluar. Kemudian keluarnya kayak merangkak pelan pelan," ungkapnya.
Selama tertimbun reruntuhan, tubuh Alfatih terlindungi undukan pasir dan wajahnya tertutup material seng. Selama tidur panjang hampir 3 hari hingga sadar saat dievakuasi, dia mengaku bermimpi jalan-jalan berkeliling di jalan gelap.
“Tanpa lampu naik mobil pikap. Mimpi minum air yang disalurkan lewat selang, tetapi serasa seperti di dunia nyata,” tuturnya
Mendengar cerita putranya, Abdul Hanan tidak berhenti memanjatkan syukur. Dia merasa seperti diberi keajaiban oleh Tuhan Yang Maha Esa Allah.
"Saya takut dia tidak tenang, nanti kehabisan energi teriak-teriak, jadi saya baca terus surat itu tanpa putus," ucap Abdul Hanan.
Dia bercerita, Alfatih yang pulang ke rumah pada pekan lalu, minta kembali ke pondok Rabu (1/10) namun dia memaksa mengantarkan Sabtu (27/9).
“Sebelum kejadian dia sempat mimpi lihat gedung runtuh. Saya menyesali keputusan yang membuat anak saya jadi korban. Terima kasih banyak sudah menyelamatkan anak saya,” pungkas Abdul.
Sumber: jpnn