Sunatan massal ini bertujuan mencegah gangguan kesuburan dan infeksi di masa depan, dengan manfaat medis yang signifikan seperti mengurangi risiko infeksi saluran kemih, fimosis (rasa nyeri pada kepala atau kulup penis), herpes, sifilis, dan kanker serviks pada pasangan. Ketua Pelaksana Acara sekaligus Ketua Seksi Organisasi, Kaderisasi, dan Hukum PPNI Kembangan, Deden Sukmana, menekankan, “Sunat merupakan langkah penting bagi anak laki-laki dalam menjaga kesehatan reproduksi.” Ia menjelaskan bahwa pelepasan kulup berfungsi sebagai tindakan preventif, memudahkan kebersihan area genital dan menurunkan risiko infeksi menular seksual. Acara ini menjawab tantangan keluarga prasejahtera yang sering terhambat biaya dan ketakutan anak terhadap rasa sakit, dengan menyediakan prosedur aman menggunakan teknik modern minim trauma.
Poltekkes Kemenkes Kembangan memainkan peran krusial dalam kesuksesan acara ini. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes mengerahkan 20 mahasiswa Jurusan Keperawatan dan Kebidanan untuk mendampingi tim medis PPNI. Direktur Poltekkes Kembangan, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyatakan bahwa partisipasi ini selaras dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Mahasiswa kami tidak hanya bantu prosedur sunat, tapi juga edukasi pasca-sunat: cara jaga luka agar cepat kering, hindari aktivitas berat, dan tanda bahaya infeksi. Ini bagian dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) kami, sekaligus pengabdian untuk tingkatkan kesehatan reproduksi anak di Kembangan,” jelas Dr. Siti. Mahasiswa juga lakukan skrining kesehatan dasar bagi orang tua, mendeteksi 15 persen anemia ringan yang langsung dirujuk ke puskesmas.
Antusiasme warga terlihat dari kerumunan orang tua yang antre sejak pagi, membawa anak-anaknya dengan semangat. Seorang ibu rumah tangga, Siti Aminah (38 tahun), berbagi cerita: “Anak saya sudah 8 tahun, tapi takut sakit. Hari ini gratis dan ditangani profesional dari Poltekkes. Semoga sehat dan terhindar infeksi nanti.” Acara ditutup dengan pembagian obat luka dan leaflet perawatan, serta deklarasi “Kembangan Peduli Reproduksi Sehat” oleh peserta.
Program seperti ini menjadi model kolaborasi lintas sektor untuk pemerataan kesehatan. Di Kembangan, di mana 30 persen penduduk adalah keluarga miskin kota, sunatan massal bukan hanya ritual, tapi investasi kesehatan jangka panjang. Poltekkes Kembangan berencana lanjutkan dengan workshop bulanan untuk 200 orang tua pada 2026, terintegrasi dengan edukasi gizi reproduksi. Dengan partisipasi Poltekkes, kesehatan reproduksi anak bukan lagi beban, tapi hak yang terjangkau—untuk generasi Kembangan yang sehat dan mandiri.
