Poltekkes Imbau Masyarakat Pariaman Waspada Lonjakan Kasus DBD

Poltekkes Imbau Masyarakat Pariaman Waspada Lonjakan Kasus DBD

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pariaman, Sumatera Barat, menjadi perhatian serius dengan tercatatnya 37 kasus hingga awal Juni 2025. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada musim penghujan yang memicu perkembangbiakan nyamuk. Untuk mengatasi ancaman ini, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Padang menggelar program penyuluhan dan intervensi kesehatan di Pariaman, mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan segera bertindak jika muncul gejala DBD.


Program ini melibatkan ratusan mahasiswa dan dosen yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Pariaman serta kader posyandu. Fokus utama adalah edukasi masyarakat tentang pencegahan DBD melalui pendekatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), seperti menguras tempat penampungan air seminggu sekali, menutup wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Mahasiswa Poltekkes juga memperkenalkan penggunaan bubuk abate untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk di tempat air yang sulit dikuras. “PSN adalah cara paling efektif dan murah untuk mencegah DBD. Kesadaran masyarakat sangat penting,” ujar salah satu dosen pembimbing.

Selain pencegahan, Poltekkes menekankan pentingnya deteksi dini gejala DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan bintik merah pada kulit. Masyarakat diimbau segera membawa anggota keluarga ke puskesmas atau rumah sakit jika gejala muncul, karena keterlambatan penanganan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti syok dengue atau perdarahan dalam. “Jangan menunda ke fasilitas kesehatan. Penanganan cepat bisa menyelamatkan nyawa,” tegas koordinator mahasiswa Poltekkes dalam penyuluhan di kelurahan-kelurahan.

Kegiatan ini juga mencakup inspeksi lingkungan di pemukiman padat penduduk dan pasar, di mana mahasiswa membantu warga mengidentifikasi potensi sarang nyamuk. Fogging dilakukan secara selektif di wilayah dengan kasus tinggi, namun Poltekkes menegaskan bahwa fogging bukan solusi utama karena hanya membunuh nyamuk dewasa tanpa menghentikan siklus jentik. Untuk jangka panjang, masyarakat diajak menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan tanaman pengusir nyamuk seperti serai atau lavender sebagai alternatif alami.

Wali Kota menyambut baik inisiatif Poltekkes Pariaman, menyebutnya sebagai langkah strategis untuk menekan angka DBD. “Kami berterima kasih atas dukungan Poltekkes. Kolaborasi ini memperkuat upaya kami menuju Pariaman bebas DBD,” katanya saat meninjau kegiatan di Balai Kota. Program ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk memahami tantangan kesehatan masyarakat dan mengasah keterampilan komunikasi serta intervensi lapangan.

Dengan 37 kasus DBD yang telah tercatat, Poltekkes berharap program ini dapat menekan angka kejadian melalui kewaspadaan dan partisipasi aktif masyarakat. Langkah pencegahan, deteksi dini, dan respons cepat menjadi kunci untuk mengendalikan wabah DBD, menuju Pariaman yang lebih sehat dan tangguh menghadapi ancaman penyakit.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita