GELORA.CO - Berusaha untuk tetap menjadi sorotan dari berbagai kalangan, sosok Joko Widodo ditengarai masih memiliki habit dan orientasi untuk tetap berkuasa.
Selain karena disebabkan oleh lonjakan karir politik yang tidak biasa, kecenderungan Joko Widodo untuk tetap terlihat eksis juga untuk menjaga citra keluarga.
Guna memastikan keberlangsungan peran politik tersebut, tidak mengherankan jika Joko Widodo terus berusaha untuk tampil di hadapan publik.
Pernyataan terkait habit Jokowi untuk tetap mendominasi tersebut, merupakan penilaian dari Ray Rangkuti yang merupakan Direktur Eksekutif Lingkar Madani.
Hembusan isu tiga periode yang dipertentangkan oleh banyak kalangan, hingga keterlibatan sejumlah anggota keluarga dalam dunia politik, menurut Ray merupakan suatu indikasi.
Kehadiran sosok Jokowi sejak diperkenalkan oleh PDIP, menurut Ray telah berhasil menggeser totem-totem dan norma berpolitik di Indonesia.
Mendapat berbagai kemudahan jalan dari Walikota Solo hingga Presiden, menurut Ray tidak lepas dari derasnya dukungan publik saat itu.
Akibat keleluasaan yang diterima serta habit, tidak mengherankan apabila Jokowi menurut Ray tetap setia untuk bisa menampakkan eksistensinya baik formal ataupun informal.
Perilaku tidak lazim Jokowi sebagai Presiden Ketujuh Indonesia, menurut Ray juga dapat terlihat usai purna tugas.
Bertolak belakang dengan presiden-presiden terdahulu yang lebih memilih menepi usai purna bhakti, hal tersebut justru tidak terlihat pada Jokowi.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Jokowi untuk tetap bisa menghiasi ingatan dari para pendukungnya adalah dengan memperkarakan kasus dugaan ijazah palsu.
Terkesan lebih memilih untuk memperpanjang persoalan pribadi, Ray melihat Jokowi juga mendapat keuntungan dari situasi yang terjadi.
Disamping kepastian menyangkut publikasi, hal lain yang dapat diperoleh Jokowi dari kasus dugaan ijazah palsu adalah pemetaan dukungan atau loyalis.
Berusaha keras untuk tetap menjaga eksistensinya di dunia politik, Ray menduga Jokowi melakukan seluruh manuver tersebut demi menjaga keluarganya.
Tanpa keberadaan Jokowi di dalam lingkaran politik tanah air, Ray melihat posisi yang saat ini diemban oleh Gibran, Bobby serta Kaesang akan cenderung lebih rawan.
Selain karena belum memiliki pengalaman berpolitik yang teruji, kekuasaan dari politik keluarga Jokowi juga dapat berubah setiap saat.
Menyadari akan potensi yang dapat menggerus tersebut, tidak mengherankan jika kehadiran dan eksistensi Jokowi dalam peta politik belum sepenuhnya tuntas.
“Semua rangkaian yang terjadi, menurut saya menunjukkan bahwa hasrat Jokowi untuk berkuasa memang selalu ada,” jelas Ray. ***
Sumber: ayojakarta