Kegiatan ini dipimpin oleh tim dosen Poltekkes Aceh, termasuk Bdn. Yusnaini SST, M.Kes, sebagai koordinator utama, didukung oleh Cut Yuniwati SKM, M.Kes; Iin Fitraniar SST, MKM; Lia Lajuna SKM, MPH; Bdn. Kartinazhri SST, M.Keb; dan Ampera Miko DNCom, MM. Mereka menyampaikan materi tentang pentingnya gizi seimbang selama kehamilan, mulai dari konsumsi zat besi dan asam folat untuk cegah anemia hingga pola makan bergizi untuk dukung pertumbuhan janin optimal. “Stunting bisa dicegah sejak dalam kandungan. Calon ibu harus pahami bahwa 1.000 hari pertama kehidupan—dari konsepsi hingga usia dua tahun—adalah periode kritis untuk cegah gangguan pertumbuhan,” ujar Bdn. Yusnaini, seperti dikutip dari https://poltekkes-acehkab.org. Ia menekankan bahwa edukasi ini melibatkan diskusi interaktif, di mana calon ibu berbagi pengalaman dan mendapat jawaban langsung tentang mitos gizi seperti “hamil harus makan banyak” yang justru picu obesitas janin.
Stunting, gangguan pertumbuhan kronis akibat kekurangan gizi dan infeksi berulang, memengaruhi 21,6 persen balita Indonesia pada 2024, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Di Aceh, angka ini mencapai 25 persen, dengan risiko lebih tinggi di daerah pedalaman seperti Indrapuri akibat akses pangan terbatas. Mahasiswa Poltekkes Aceh, melalui PKL ini, tidak hanya sampaikan teori, tapi juga praktik: demo penyajian makanan bergizi lokal seperti ikan tongkol kaya omega-3 dan daun kelor sumber zat besi, serta pemeriksaan Hb (hemoglobin) gratis untuk deteksi anemia dini. Koordinator Bidan Puskesmas Indrapuri, Bdn. Farqiah S.Keb, menyambut baik inisiatif ini. “Edukasi Poltekkes Aceh sangat bermanfaat. Calon ibu kini lebih paham risiko stunting dan cara cegahnya, seperti konsumsi suplemen prenatal dan pola makan seimbang. Ini langkah maju untuk Aceh bebas stunting.”Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, dengan basis di Banda Aceh, memainkan peran krusial dalam program ini sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan. Sebagai lembaga pendidikan, Poltekkes tidak hanya mencetak tenaga ahli, tapi juga terlibat langsung dalam pengabdian melalui PKL. Direktur Poltekkes Aceh, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyatakan bahwa kegiatan ini selaras dengan misi Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Mahasiswa kami belajar sambil mengabdi: edukasi pencegahan stunting bukan teori semata, tapi aksi nyata. Di Indrapuri, kami jangkau 50 calon ibu untuk tingkatkan cakupan gizi trimester pertama, yang krusial untuk cegah berat lahir rendah. Ini kontribusi Poltekkes untuk Aceh Emas 2045—generasi sehat tanpa stunting.”
Dampak kegiatan ini langsung terasa: 80 persen peserta melaporkan peningkatan pengetahuan gizi, dan 30 calon ibu terdaftar untuk monitoring bulanan di puskesmas. Poltekkes Aceh berencana perluas program ke 10 kecamatan pada 2026, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Di Aceh, di mana stunting masih 25 persen, edukasi pencegahan seperti ini krusial untuk pembangunan SDM. Dengan sosialisasi Poltekkes Aceh, calon ibu bukan lagi korban kurang gizi, tapi pelopor generasi sehat—untuk Aceh maju dan lestari.
