Membangun Masa Depan Mandiri: Keberlanjutan Program Vokasi dalam Kurikulum SLB

Membangun Masa Depan Mandiri: Keberlanjutan Program Vokasi dalam Kurikulum SLB

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki peran krusial dalam mempersiapkan siswa berkebutuhan khusus untuk hidup mandiri dan berkontribusi di masyarakat. Salah satu pilar penting dalam kurikulum SLB adalah program vokasi, yang dirancang untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis sesuai kemampuan dan minat mereka. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, keberlanjutan program vokasi menjadi kunci untuk memastikan siswa SLB dapat mencapai kemandirian ekonomi dan sosial. Artikel ini membahas pentingnya keberlanjutan program vokasi serta strategi untuk memperkuatnya.



Program vokasi di SLB mencakup berbagai keterampilan, seperti tata boga, jahit-menjahit, kerajinan tangan, pertanian, hingga teknologi sederhana. Kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, seperti siswa tunagrahita yang dilatih membuat produk sederhana atau siswa tunadaksa yang belajar keterampilan yang tidak memerlukan mobilitas tinggi. Kurikulum Merdeka mendukung pendekatan ini melalui fleksibilitas dalam merancang pembelajaran berbasis proyek dan Program Pembelajaran Individual (PPI). Dengan demikian, program vokasi dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik setiap siswa, sekaligus relevan dengan pasar kerja lokal.

Keberlanjutan program vokasi di SLB penting untuk beberapa alasan. Pertama, program ini meningkatkan kepercayaan diri siswa dengan memberikan mereka keterampilan yang nyata dan aplikatif. Kedua, vokasi membuka peluang kerja atau wirausaha, sehingga mengurangi ketergantungan siswa pada keluarga atau bantuan sosial. Ketiga, program vokasi yang berkelanjutan dapat memperkuat persepsi masyarakat bahwa individu berkebutuhan khusus memiliki potensi yang setara jika diberi dukungan yang tepat.

Namun, menjaga keberlanjutan program vokasi bukan tanpa tantangan. Banyak SLB menghadapi keterbatasan fasilitas, seperti alat produksi yang usang atau ruang praktik yang tidak memadai. Selain itu, kurangnya tenaga pengajar yang terlatih dalam bidang vokasi sering kali menghambat efektivitas program. Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa strategi dapat diterapkan. Pertama, kolaborasi dengan dunia usaha dan industri (DUDI) dapat memberikan akses ke pelatihan, magang, atau bahkan penyerapan tenaga kerja. Kedua, pemanfaatan teknologi, seperti platform pembelajaran daring atau perangkat asistif, dapat meningkatkan aksesibilitas pembelajaran vokasi. Ketiga, pemerintah dan komunitas lokal perlu mendukung pendanaan dan penyediaan fasilitas untuk memastikan program vokasi berjalan secara konsisten.

Kurikulum Merdeka memberikan ruang untuk mengintegrasikan program vokasi dengan pendekatan berbasis proyek, yang memungkinkan siswa belajar melalui pengalaman nyata. Misalnya, siswa dapat terlibat dalam proyek membuat produk kerajinan untuk dijual di pasar lokal, yang tidak hanya mengasah keterampilan tetapi juga membangun jiwa wirausaha. Dengan dukungan yang tepat, program vokasi di SLB dapat menjadi fondasi kuat bagi kemandirian siswa.

Keberlanjutan program vokasi dalam Kurikulum SLB adalah investasi jangka panjang untuk masa depan siswa berkebutuhan khusus. Dengan komitmen dari semua pemangku kepentingan, program ini dapat terus berkembang, menciptakan generasi yang mandiri, produktif, dan dihormati di masyarakat.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita