Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, tengah menghadapi ancaman serius penyakit mulut dan kuku (PMK), penyakit virus yang sangat menular dan menyerang ternak berkuku belah seperti sapi, kambing, dan babi. Penyakit ini, yang disebabkan oleh virus Aphthovirus dari keluarga Picornaviridae, menimbulkan luka lepuh di mulut dan kaki ternak, menyebabkan demam, pincang, dan penurunan produksi susu, yang berdampak besar pada ekonomi peternak. Untuk mengatasi wabah ini, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Padang meluncurkan program intensif vaksinasi dan perawatan ternak di wilayah Pasaman, melibatkan ratusan mahasiswa dan dosen dalam pendekatan edukasi serta intervensi langsung.
Program ini berfokus pada tiga strategi utama: vaksinasi massal, perawatan intensif ternak terinfeksi, dan edukasi peternak. Vaksinasi PMK, yang menggunakan vaksin inaktif, dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, terutama pada sapi yang menjadi inang utama. Mahasiswa Poltekkes, bekerja sama dengan Dinas Peternakan setempat, mendistribusikan vaksin ke peternakan di nagari-nagari terdampak, memastikan prosedur biosecurity seperti desinfeksi kandang dan pembatasan akses orang asing ke peternakan diterapkan. Vaksinasi ini krusial karena PMK memiliki tingkat morbiditas hingga 100% di populasi rentan, meskipun tingkat kematian rendah pada ternak dewasa, kecuali pada anak sapi yang rentan terhadap miokarditis.
Selain vaksinasi, Poltekkes juga mengadakan perawatan intensif untuk ternak yang sudah terinfeksi. Tim mahasiswa dan dosen memberikan perawatan suportif, seperti pembersihan luka lepuh untuk mencegah infeksi sekunder, pemberian nutrisi tambahan, dan isolasi ternak sakit untuk memutus rantai penularan. Pendekatan ini dilakukan di bawah pengawasan ketat untuk mematuhi standar kesejahteraan hewan dan biosecurity, mengingat virus PMK dapat menyebar melalui kontak langsung, aerosol, atau fomites seperti pakan dan peralatan ternak yang terkontaminasi.
Edukasi peternak menjadi pilar penting program ini. Poltekkes menggelar penyuluhan tentang tanda-tanda PMK, pentingnya vaksinasi berkala, dan praktik biosekuriti sederhana seperti pembersihan rutin kandang dan pengendalian lalu lintas hewan. Peternak diajak memahami bahwa kepatuhan terhadap vaksinasi dapat mengurangi risiko wabah dan kerugian ekonomi, yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah akibat penurunan produktivitas dan pembatasan perdagangan ternak.
Bupati menyampaikan apresiasi atas inisiatif Poltekkes Pasaman, menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat untuk menjaga kesehatan ternak dan stabilitas ekonomi lokal. Program ini tidak hanya bertujuan menekan wabah PMK, tetapi juga membekali peternak dengan pengetahuan untuk mencegah wabah di masa depan, sekaligus mempersiapkan mahasiswa Poltekkes sebagai tenaga kesehatan hewan yang kompeten. Dengan langkah ini, Pasaman diharapkan dapat terbebas dari ancaman PMK dan mendukung ketahanan pangan nasional.