Batuk rejan atau dikenal juga sebagai pertussis merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak kecil. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Botawa mengingatkan masyarakat bahwa batuk rejan tidak hanya mengganggu sistem pernapasan tetapi juga dapat meningkatkan risiko gangguan neurologis seperti epilepsi pada bayi yang terinfeksi.
Apa Itu Batuk Rejan?
Batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk keras yang berlangsung lama, sering kali disertai suara “whoop” saat penderita menarik napas panjang. Bayi dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena penyakit ini, terutama jika belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Batuk Rejan dan Hubungannya dengan Epilepsi
Ketua IDI Botawa menjelaskan bahwa batuk rejan yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius pada sistem saraf pusat. "Infeksi yang parah dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen di otak, yang berisiko memicu gangguan neurologis seperti kejang dan, dalam jangka panjang, epilepsi," jelasnya.
Selain itu, demam tinggi yang sering menyertai batuk rejan juga dapat menjadi faktor pemicu kejang pada bayi. Jika kejang terjadi berulang kali tanpa penanganan yang memadai, hal ini dapat meningkatkan risiko berkembangnya epilepsi.
Pencegahan adalah Kunci Utama
Untuk mencegah komplikasi serius seperti epilepsi, IDI Botawa menekankan pentingnya imunisasi sebagai langkah utama. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) merupakan bagian dari program imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi sejak usia dua bulan.
Ketua IDI Botawa juga mengingatkan bahwa orang tua harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika menunjukkan gejala batuk rejan, seperti:
- Batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu.
- Batuk keras disertai suara melengking.
- Sesak napas atau wajah kebiruan saat batuk.
- Kehilangan nafsu makan dan berat badan turun.
Peran Edukasi dan Deteksi Dini
Dalam upaya mencegah komplikasi, IDI Botawa bersama dinas kesehatan setempat rutin mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan deteksi dini batuk rejan. Ketua IDI Botawa menambahkan, “Dengan penanganan yang cepat dan tepat, risiko komplikasi, termasuk epilepsi, dapat diminimalkan.”
Untuk informasi lebih lanjut mengenai edukasi kesehatan dan program imunisasi, masyarakat dapat mengunjungi situs resmi IDI Botawa di idibotawa.org.
Kesimpulan
Batuk rejan adalah penyakit yang serius dan dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang bayi jika tidak ditangani dengan baik. IDI Botawa mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi dan kewaspadaan terhadap gejala penyakit ini, demi melindungi generasi mendatang dari risiko komplikasi seperti epilepsi.