GELORA.CO – Sudah 15 tahun lamanya Suparno (45) menekuni profesi sebagai juru sembelih.
Hewan kurban jenis sapi, kamping, dan domba pernah dia jagal.
Baginya momen lebaran haji atau Idul Adha menjadi rezeki nomplok karena banyak yang meminta untuk menyembelih hewan kurban.
Dalam satu hari saja pria asal Kampung Gabus Kabupaten Bekasi ini melayani empat kali tempat pemotongan hewan kurban.
Bermodal pisau tajam, Suparno sudah paham betul bagian leher hewan yang harus dipotong.
Salah-salah hewan kurban bisa tersiksa karena bagian yang dijagal tidak sesuai syariat Islam.
"Jadi ada ilmunya ini apalagi juru sembelih halal (Juleha)," kata Suparno kepada Tribun, Selasa (18/6/2024).
Sehari-hari pria berbadan besar ini menjadi juru sembelih profesional di rumah pemotongan hewan (RPH) untuk memenuhi permintaan pedagang pasar.
Dia juga kerap diminta memotong kambing di rumah akikah.
Harga setiap pemotongan tidak dipatok, seikhlas pihak yang berkurban.
"Tidak ada harga yang dipatok tapi kalau boleh sebut angka Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu," paparnya.
Menurutnya, untuk menjadi tukang jagal yang dibutuhkan keberanian, kejujuran, kekuatan mental agar dapat menyelesaikan tugas.
Tidak semua orang mampu melakukan tradisi penyembelihan hewan kurban ini.
Perlu persiapan jauh-jauh hari sebelum hari pemotongan kurban termasuk mental dan fisik.
"Kalau fisiknya tidak, ya tidak mampu," ucapnya.
Tidak semua juru sembelih bisa menjamin kehalalan sembelihannya, sebab yang banyak dicari yang sudah mempunyai sertifikasi Juleha.
Juru Sembelih Halal memiliki sertifikasi terlatih secara khusus dalam proses penyembelihan hewan sesuai prinsip syariah.
Prmotongan leher dengan pisau tajam untuk kematian instan tanpa rasa sakit berlebihan.
Hal ini penting untuk memenuhi standar halal dalam produksi daging untuk konsumsi umat Muslim.
Pembersihan Diri
Direktur KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI HM Sidik Sisdiyanto munuturkan kurban dalam Islam merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki kedalaman spiritual dan sosial yang tinggi.
Praktik ini dilakukan dengan menyembelih hewan ternak pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik, sebagai manifestasi ketaatan dan kepatuhan.
Sejarah kurban berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS.
Namun kemudian Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai bentuk pengujian terhadap keimanan dan ketaatan.
Tujuan utama dari kurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS, serta memperkuat solidaritas sosial di antara umat Islam.
"Daging hewan kurban dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan terutama kepada fakir miskin, sehingga kurban menjadi sarana untuk mengurangi kesenjangan sosial dan menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian sosial," jelas Sidik.
Secara keseluruhan, kurban dalam Islam bukan hanya sekadar ritual penyembelihan hewan, melainkan sebuah ibadah yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial.
Praktik ini mengajarkan umat Islam untuk senantiasa bersyukur, "menyembelih ego", berkorban demi kepentingan yang lebih besar, dan selalu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Kurban memiliki nilai spiritualitas yang perlu dipahami dan diimplementasikan oleh setiap orang yang beriman.
Selain sebagai kewajiban agama, kurban memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Muslim.
Dalam melakukan ibadah kurban, umat Islam memperoleh banyak keutamaan spiritual yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memiliki kemanfaatan kepada sesama.
Karena, salah satu aspek utama dari ibadah kurban adalah pengorbanan.
Dalam mengurbankan hewan kurban, seorang Muslim menunjukkan ketaatan dan kepatuhan total kepada perintah Allah SWT.
Tindakan ini mencerminkan sikap rela berkorban untuk memenuhi kehendak Ilahi.
Pengorbanan tersebut tidak hanya berupa hewan yang disembelih, tetapi juga mengandung makna pengorbanan diri, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan.
Proses penyembelihan hewan kurban juga memiliki makna pembersihan diri dari sifat-sifat negatif, seperti kedengkian, kebencian, dan egoisme.
Dalam melakukan kurban, seorang Muslim diharapkan untuk menyalurkan niatnya secara murni hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Hal ini membantu umat Islam untuk membersihkan diri dari sifat-sifat yang merusak hubungan mereka dengan Allah dan sesama manusia.
Ibadah kurban juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya berbagi dengan sesama.
Ketika seorang Muslim mengurbankan hewan kurban, ia tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang-orang yang membutuhkan.
Hal ini menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara umat Muslim dan memperkuat rasa solidaritas serta empati terhadap sesama.
Ibadah ini juga bentuk dari ungkapan syukur atas nikmat Allah SWT.
Dengan mengorbankan bagian dari harta yang dimiliki, seorang Muslim mengakui bahwa segala sesuatu yang dimilikinya berasal dari Allah SWT.
"Pelaksanaan kurban adalah cara untuk menyatakan rasa syukur atas berkah dan rizki. Lebih dari sekadar ritual, ibadah kurban adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT," ungkapnya
Sumber: Tribunnews