GELORA.CO - India diduga telah mengekspor roket dan bahan peledak ke Israel di tengah konflik Gaza. Hal itu terungkap dari dokumen yang diperoleh Al Jazeera.
Pada 15 Mei lalu, kapal kargo Borkum berhenti di lepas pantai Spanyol dan menarik perhatian pengunjuk rasa pro-Palestina di Cartagena. Mereka mendesak pemerintah untuk memeriksa kapal yang diduga membawa senjata untuk Israel.
Dikutip dari Al Jazeera, dokumen itu menunjukkan Borkum membawa bahan peledak dari India menuju pelabuhan Ashdod di Israel. Kapal berangkat dari Chennai, India, pada 2 April. Mereka menghindari Laut Merah dan serangan Houthi Yaman.
Kode identifikasi di dokumen menunjukkan muatan 20 ton mesin roket, 12,5 ton roket dengan bahan peledak, dan lebih dari 2 ton bahan peledak lainnya.
Dalam dokumen tersebut, ada sebuah paragraf mengenai kerahasiaan kerja sama. Tertulis bahwa semua karyawan, konsultan, atau pihak terkait lainnya diberi mandat untuk tidak menyebutkan nama IMI Systems atau Israel “dalam keadaan apa pun”.
IMI Systems merupakan perusahaan pertahanan yang dibeli oleh Elbit Systems, produsen senjata terbesar Israel, pada 2018.
Manajer kapal, perusahaan Jerman MLB, menyangkal adanya senjata di kapal mereka.
“Kapal tersebut tidak memuat senjata atau kargo apa pun untuk tujuan Israel,” katanya kepada Al Jazeera.
Insiden lainnya terjadi pada 21 Mei. Saat itu kapal Marianne Danica juga ditolak masuk ke Cartagena karena membawa 27 ton bahan peledak menuju Haifa, Israel. Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, mengonfirmasi penolakan ini karena muatan militer.
Situasi ini mengindikasikan suku cadang senjata dari India secara diam-diam dikirim ke Israel. Namun, kurangnya transparansi membuat transfer ini sulit terdeteksi.
Analis Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Zain Hussain, menyatakan kolaborasi antara India dan Israel telah berlangsung lama.
“Jika kita melihat drone Hermes digunakan di Gaza, itu belum tentu berasal dari India karena Israel juga memproduksinya sendiri," kata Hussain.
Namun ia menambahkan, kemungkinan bahwa India mulai mengekspor drone sesuai ketentuan perjanjian dan digunakan untuk menyerang Palestina di Jalur Gaza tidak dapat dikesampingkan.
'Made in India'
Selain itu, video dari Quds News Network menunjukkan sisa-sisa rudal Israel bertuliskan "Made in India" setelah serangan di kamp pengungsi Gaza.
Kolaborasi India-Israel juga mencakup produksi drone di Hyderabad oleh Adani Defense & Aerospace dan Elbit Systems Israel.
Fasilitas ini memproduksi UAV Hermes 900 dan 450 yang digunakan dalam konflik.
Israel diketahui menggunakan drone Hermes dalam operasi militer di Gaza dan menyebabkan ribuan korban jiwa. Namun, Elbit Systems dan Grup Adani membantah mengekspor UAV untuk peran tempur.
“Kami tegaskan kembali bahwa drone ini dibuat untuk pengawasan dan pengintaian dan tidak dapat digunakan untuk peran penyerangan,” kata perwakilan Elbit Systems kepada Al Jazeera.
“Kami dengan tegas menyangkal telah mengekspor UAV apa pun ke Israel sejak 7 Oktober 2023,” tambahnya.
Posisi dan Sikap Penyeimbang India
India telah lama melakukan 'tindakan penyeimbang' dalam mempertahankan hubungannya dengan Israel.
New Delhi berupaya menjadi aktor perdamaian dan mediator dalam konflik di Gaza, menyerukan perdamaian dan mendukung seruan gencatan senjata, serta menuntut Hamas mengembalikan tawanan yang masih ditahan di Gaza.
Para pejabat India – mulai dari Perdana Menteri Narendra Modi hingga Menteri Luar Negeri S Jaishankar dan para diplomat negara tersebut di PBB – secara konsisten berpendapat bahwa negara itu percaya pada dialog dan negosiasi sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik.
Hal ini merupakan posisi formal India dalam menyikapi kondisi perang Rusia-Ukraina hingga konflik Israel-Hamas.
“Tetapi laporan bahwa mereka memasok senjata ke Israel dapat mengganggu narasi tersebut,” ungkap penulis The Evolution of India’s Israel Policy, Nicolas Blarel, kepada Al Jazeera.
Sumber: kumparan