Hal tersebut disampaikan Eva Kusuma Sundari dalam Breaking News Kompas TV tentang Timnas Anies-Muhaimin Daftarkan Gugatan ke MK, Kamis (21/3/2024).
“Jadi yang ASN (Aparatur Sipil Negara) juga minta (uang -red), demi Allah,” ucap Eva.
Bukan hanya ASN, Eva juga mengatakan ada permainan yang dilakukan oleh aparat desa untuk memenangkan salah satu paslon. Aparat desa tersebut, kata Eva, mengatur pemilik kepentingan untuk tidak perlu turun dan menyerahkan sepenuhnya kepada dirinya.
“Ada aparat desa ngomong, 'sudah nggak usah turun', dicegat, 'minta berapa suara? sana sudah minta sekian suara'. Artinya apa? Nanti yang bagi amplop aparat-aparat,” ujar Eva.
Eva lebih lanjut juga menceritakan, bagaimana teman SMP-nya yang bekerja di Pemda diintimidasi oleh atasannya. Eva mengungkap, berdasarkan cerita yang didengarnya, hampir setiap hari atasan dari temannya selalu menekankan kepada bawahannya untuk memilih paslon nomor 02, Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.
“Itu temen saya di Pemda, sampai tidak berani aktif di grup SMP, SMA. Karena apa? Enggak berani ngomong, setiap saat bos itu ngomong, 'ingat ya, 02 ya',” ungkap Eva.
Bukan hanya itu, Eva juga mengungkapkan soal kisah sedih seorang kepala desa saat pelaksanaan pemilu. Menurut Eva, kepala desa tersebut mengalami tekanan dari polisi hingga jaksa agar memenangkan salah satu paslon.
“Kepala desa ya, yang sangat kasihan itu kepala desa, dipanggil jaksa, dipanggil polisi, dipanggil pajak, istilahnya, (diancam dengan kalimat) 'masih ingin tidur dengan istrimu?' Kayak gitu, ” beber Eva.
“Itu beredar di media sosial ya, bukan ada di saya, loh sampai segitunya, ada istilah intimidasi dan mobilisasi.”
Sumber: kompas