Pasalnya dalam aksi massa demonstrasi sebelum dan sesudah hasil Pilpres 2024 diumumkan, kubu oposisi nyaris tidak menyerang Prabowo Subianto, namun mengarahkan serangan terhadap Jokowi dan Gibran.
"Asbab yang juga tak beda dengan kubu oposisi, di mana para demonstran nyaris tidak menyerang Prabowo. Tapi hampir disemua arena aksi massa, Jokowi dan Gibran menjadi fokus kemarahan rakyat," ujar Faizal, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Jumat (22/3).
Untuk diketahui, pada Rabu (20/3/2024) di depan gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI terdapat aksi menolak hasil rekapitulasi Pemilu 2024 yang dihadiri dua kelompok. Pertama massa yang menolak hasil pemilu, dan kedua massa yang mendukung hasil pemilu. Keduanya berunjuk rasa dengan jarak sekitar 200 meter, tidak jarang kedua kelompok tersebut saling sahut-sahutan berorasi.
Salah satu massa yang hadir menolak hasil Pemilu 2024 adalah ahli hukum tata negara Refly Harun. "Kita tolak hasil Pemilu 2024 karena penuh kecurangan," katanya saat berorasi bersama sejumlah massa yang menolak hasil Pemilu 2024, dikutip dari Republika.
Refly menjelaskan, Pemilu 2024 telah dinyatakan penuh kecurangan saat Presiden Joko Widodo mengajukan dirinya maju menjadi presiden untuk tiga periode. "Saat pencalonan dirinya menjadi presiden tiga periode gagal maka dia menitipkan anaknya (Gibran Rakabuming Raka) yang masih bau kencur, " katanya.
Selain itu, Refly juga berorasi untuk memakzulkan presiden Jokowi karena dialah sumber dari segala kecurangan pemilu bermula. "Kita ingin presiden Jokowi dimakzulkan karena dia adalah sumber dari semua (kecurangan) ini, demokrasi kita mulai hancur karena dia," ucap Refly.
Dia juga mengimbau kepada peserta aksi unjuk rasa untuk tetap menjalankan aksi ini dengan damai. Sejumlah massa telah memadati depan gedung KPU untuk berunjuk rasa dalam keputusan hasil rekapitulasi hasil Pemilu 2024.
Sumber: populis