"Partai memburu rente di eksekutif dengan cara berupaya gabung ke koalisi pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan keberlangsungan partai politik dalam konteks logistik," kata Pangi kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (22/3/2024).
"Kalau oposisi biasanya duafa dan kere, parpol enggak kuasa menjadi partai yang berpuasa berkuasa," ujar Pangi melanjutkan.
Pangi menyebut, sebuah kewajaran bila PKS dan NasDem bermain "dua kaki" dalam Pemilu 2024. Sebab, menurutnya, parpol membutuhkan pembiayaan dan ekonomi tinggi.
"Terutama parpol yang sudah pernah 10 tahun jadi oposisi, parpol pada akhirnya nggak tahan jadi oposisi. Situasi parpol bergantung pada negara dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial parpol," tuturnya.
Ia menambahkan, persaingan antarparpol yang berkontestasi berhenti setelah pemilu berakhir, serta tautan elektoral yang juga berhenti ketika pembentukan kabinet berlangsung di pemerintahan baru.
"Kepentingan kolektif partai menjaga sumber rente di lembaga eksekutif dan legislatif demi kelangsungan hidup sebagai satu kelompok," ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Alhabsyi mengaku menerima keputusan KPU terkait hasil Pemilu 2024 tingkat nasional yang menetapkan paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.
Keputusan menerima hasil tersebut serupa dengan sikap Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
"Ya kita enggak jauh berbeda dengan tim inti," ujar Aboe seusai mengikuti rapat pleno Pemilu 2024, di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024) malam.
Sumber: inilah