"Kami sangat menyayangkan masih ada pihak-pihak yang menggunakan segala cara. Cara-cara kotor, bengis, kejam, dan tak manusiawi dengan menggunakan hoaks, fake news, dan fitnah untuk mendiskreditkan lawan dalam kontestasi pilpres kali ini," kata Herzaky kepada Republika, Rabu (10/1/2024).
Tangkapan layar percakapan grup WhatsApp itu viral di media sosial sejak Selasa (9/1/2024) malam. Foto profil grup WhatsApp itu adalah potret Prabowo dan Gibran. Tampak dalam grup itu ada percakapan yang melibatkan kontak bernama Mas Herzaky Mahendra, Buzzer PAN, Buzzer Gerindra, dan Ketua Buzzer TKN.
Kontak bernama Mas Herzaky Mahendra memberikan arahan kepada para buzzer agar memilih isu yang akan digunakan untuk menyerang pasangan capres-cawapres lain. Dinarasikan bahwa serangan diperlukan untuk merespons kekalahan Prabowo dalam debat capres.
Kontak bernama Mas Herzaky Mahendra itu meminta para buzzer memilih salah satu dari lima isu. Di antaranya isu paslon lain menyerang personal, advertorial, dan menangisi Prabowo di TikTok. Kontak-kontak buzzer langsung merespons arahan itu dengan kata "siap".
Kepada Republika, Herzaky memastikan tangkapan layar itu hoaks karena dirinya tidak pernah bergabung dalam grup buzzer. Selain itu, ada banyak tampak keanehan di tangkapan layar tersebut.
"Kalau kita cermati betul ada keanehan-keanehan. Masak iya ada arahan 'silakan pilih isu nomor 4 advertorial', isu apaan itu? Lalu, kemudian di kontaknya namanya Buzzer PAN, Buzzer Gerindra," kata Wakil Komandan Tim Komunikasi TKN Prabowo-Gibran itu.
Herzaky menyebut TKN maupun Partai Demokrat tidak pernah menggunakan buzzer atau pendengung dalam berkampanye. Tidak ada pula arahan dari pimpinan TKN dan Demokrat untuk menggunakan jasa buzzer.
"Di TKN itu kader-kader dari seluruh partai pendukung yang sangat militan dan sangat aktif dalam membela Pak Prabowo (dengan) menyampaikan kebenaran, data, dan fakta sebenarnya," ujarnya.
Dia menduga, konten hoaks tersebut sengaja dibuat oleh kubu pendukung capres lain. Terutama, jubir capres lain yang kalah adu argumentasi dengannya di televisi ketika membahas debat capres.
Lebih jauh, dia menduga penyebaran konten hoaks itu merupakan bentuk kepanikan kubu capres lain melihat elektabilitas pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran terus menanjak. Di saat bersamaan, elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 1 dan 3 terus "nyungsep".
"Kami berharap semoga teman-teman di sebelah yang masih bermain dengan cara kasar dan kotor dan benar-benar tidak baik, tidak mendidik, tidak konstruktif ini, tolong insyaf lah ya. Segera bertobat ya," kata Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat itu.
Sumber: republika