Hal itu menyusul gambaran Pilpres 2024 yang kemungkinan besar melaju ke putaran kedua. Sebab sampai memasuki tahapan kampanye belum ada hasil survei yang menunjukan elektabilitas pasangan Capres-Cawapres bisa lolos satu putaran atau meraih 50 persen plus 1, termasuk pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Atas kemungkinan terjadi koalisi antara pasangan nomor urut 1 dan tiga, Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) mengamini adanya kemungkinan keduanya akan saling mendukung apabila Pilpres masuk putarab kedua.
“Kan sekiranya. Ya kan? Sekiranya berarti tidak pasti, tapi ada kemungkinan. Sekiranya,” ujar JK saat ditanya awak media di kediamannya, kawasan Jakarta Selatan, Rabu (10/1).
Sebab, lanjut JK, gambaran saling mendukung pada putaran kedua kerap terjadi. Ketika Paslon yang memiliki suara urutan ketiga biasanya akan berkoalisi dengan Paslon suara kedua, agar bisa menguasai suara mayoritas.
“Biasanya yang selalu bersatu itu artinya partai yang ranking 2 dan nomor 3 biasanya itu. Sehingga bikin koalisi baru. Saya juga waktu 2004 kan banyak partai itu ada koalisi baru, tapi kita tetap menang,” kata JK.
“Ya tergantung partai masing-masing. Dan selalu begitu (polanya). Ini asal level 3 (rangking 3) maka yang menentukan suara itu yang terakhir dimana diarahkan,” sambungnya.
Namun demikian terkait JK yang diketahui telah menentukan dukungan memilih Paslon nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menampik, jika dirinya turut turun berkomunikasi untuk peluang koalisi kepada Paslon lain saat putaran kedua.
“Saya tidak tahu (ada komunikasi paslon satu dengan tiga) saya tidak, itu komunikasi itu biasanya dari partai ke partai,” ujarnya.
Sumber: liputan6